Seoul (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada kuartal pertama jatuh ke tingkat terendah dalam tiga kuartal, meningkatkan kekhawatiran tentang tren pertumbuhan rendah yang berkepanjangan.

Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan mencapai 371,85 triliun won (323,9 miliar dolar AS) selama periode Januari-Maret, naik 0,4 persen dari periode tiga bulan sebelumnya, menurut bank sentral Korea Selatan, Bank of Korea (BOK).

Pertumbuhan kuartal pertama merupakan yang terendah sejak kuartal kedua 2015 ketika PDB riil naik pada tingkat yang sama 0,4 persen, karena dampak negatif dari wabah MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

Setelah mencapai posisi terendah 0,3 persen pada kuartal keempat 2014, tingkat pertumbuhan berbalik naik mencapai puncak 1,2 persen pada kuartal ketiga 2015, sebelum jatuh lagi menjadi 0,7 persen pada kuartal keempat tahun lalu dan 0,4 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Dari tahun sebelumnya, PDB riil meningkat 2,7 persen pada kuartal pertama tahun ini. Pendapatan domestik bruto (GDI) meningkat 2,8 persen pada basis tahunan.

Pelambatan pertumbuhan pada kuartal pertama ini disebabkan melemahnya ekspor dan konsumsi masyarakat.

Pekan lalu, BOK merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi 2016 dari 3,0 persen menjadi 2,8 persen di tengah kekhawatiran tentang ketidakpastian ekonomi di dalam negeri dan luar negeri.

Pemerintah Korea Selatan memperkirakan pertumbuhan 2016 di atas 3,0 persen, tapi lembaga riset swasta menurunkan perkiraan mereka ke kisaran tengah 2,0 persen.

LG Economic Research Institute's memproyeksikan pertumbuhan 2016 pada 2,4 persen, sementara Hyundai Research Institute dan Korea Institute of Finance menurunkan proyeksi mereka masing-masing menjadi 2,5 persen dan 2,6 persen.

Konsumsi swasta berkurang 0,3 persen pada kuartal pertama dari kuartal sebelumnya karena melemahnya permintaan untuk barang-barang tahan lama dan semi-tahan lama. Ini adalah pembalikan dari kenaikan 1,1 persen pada kuartal ketiga dan 1,4 persen pada kuartal keempat 2015.

Investasi konstruksi meningkat 5,9 persen pada kuartal pertama setelah turun 2,4 persen pada kuartal sebelumnya, berkat kenaikan konstruksi bangunan dan pekerjaan teknik sipil.

Investasi fasilitas anjlok 5,9 persen secara triwulanan karena permintaan lebih lemah untuk mesin dan peralatan transportasi umum.

Ekspor, yang mencapai sekitar setengah dari perekonomian, berkurang 1,7 persen pada kuartal pertama dari tiga bulan sebelumnya didukung penurunan pengiriman produk minyak dan mobil. Sementara impor merosot 3,5 persen di tengah harga minyak mentah yang lebih rendah.

Investasi hak intelektual naik tipis 0,1 persen karena meningkatnya investasi di sektor perangkat lunak (software).

Berdasarkan industri, produksi manufaktur turun 0,2 persen pada kuartal pertama setelah tumbuh 0,7 persen pada kuartal sebelumnya. Produksi di antara pengembang naik 3,2 persen pada kuartal tersebut, meningkat dari pertumbuhan 0,7 persen pada kuartal sebelumnya, demikian seperti dikutip dari Xinhua.

(Uu.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016