Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke Dongguan, Provinsi Guangdong, China, untuk berbicara di hadapan 200 investor furnitur Negeri Tirai Bambu, Selasa.

Forum bisnis yang menghadirkan Konsul Jenderal RI di Guangzhou Ratu Silvi Gayatri, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) dan Asosiasi Konsultan dan Pengembang Investasi Indonesia (Askopin), serta President of Dongguan Furniture Association Chen Zhongqiou itu dilakukan dalam rangka menjemput minat investor China untuk melakukan relokasi ke Indonesia.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa, Franky mengatakan sejak 2010 realisasi investasi industri furnitur dari China mencapai 5,3 juta dolar AS.

China merupakan sumber investasi asing kelima terbesar di sektor ini setelah Taiwan, Jepang, Korea Selatan dan Singapura.

"Nilai investasi dari China tersebut masih jauh lebih kecil dari potensi yang ada di Indonesia. Kita ketahui bersama, China berpengalaman panjang mengembangkan keterampilan dan teknologi, hingga industri furniturnya berhasil meraih lebih dari setengah pasar global," ujarnya.

Franky juga menyampaikan bahwa potensi investasi di sektor furnitur patut untuk dikembangkan.

BKPM mencatat, antara 2010 dan 2015, investasi di industri hulu kayu hulu mencapai 466 juta dolar AS dan tumbuh sebesar 50 persen dalam lima tahun.

"Realisasi investasi di industri furnitur bernilai 190 juta dolar AD dan melonjak hampir delapan kali lipat dalam lima tahun. Industri pengolahan kayu, bambu, dan rotan selain furnitur mencatat realisasi investasi senilai 123 juta dolar AD dan tumbuh sebesar 160 persen antara 2010 dan 2015," jelasnya.

Di lain sisi, Indonesia kaya dengan kayu dan rotan. Bahkan 85 persen bahan baku rotan dunia berasal dari Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak tenaga kerja terampil, muda, dengan upah yang kompetitif.

"Indonesia merupakan pasar yang sangat besar. 255 juta penduduk dan 64 juta kelas menengah. Indonesia juga merupakan gerbang meraih pasar di Asia Tenggara, pasar ketiga terbesar di dunia dengan 618 juta penduduk dan 190 juta kelas menengah," imbuhnya.

Franky menjelaskan,secara umum, industri furnitur di Indonesia terbagi atas dua klaster.

Pertama, industri furnitur berbasis kayu yang terpusat di Pulau Jawa, termasuk Jepara dan Sukabumi, serta di Pulau Bali.

Kedua, industri furnitur berbasis rotan yang terutama berkembang di Cirebon. Ada pun bahan baku rotan banyak dihasilkan di Pulau Kalimantan dan Sumatera.

"Di samping industri furnitur, kami juga mendorong investasi di berbagai industri pendukungnya. Selama ini, produk industri pendukung tersebut banyak diimpor masuk Indonesia. Antara lain, industri bahan perekat khusus untuk furnitur, industri kimia, industri komponen dan industri plastik," paparnya.

Franky menambahkan, pihaknya juga mengundang investasi di industri mesin berteknologi tinggi pembuat furnitur, untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Berdasarkan data BKPM, investasi dari China yang pada kuartal pertama tahun 2016 (tidak termasuk sektor hulu migas dan keuangan) mencapai 464,6 juta dolar AS, menempatkan negara panda itu sebagai investor terbesar ke empat di Indonesia.

China sendiri merupakan salah satu sumber investasi asing terbesar di Indonesia, meningkat pesat dalam dua tahun terakhir. Tercatat 2,1 miliar dolar AS investasi terealisasi sejak tahun 2010, tumbuh rata-rata 61 persen per tahun.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016