Manila (ANTARA News) - Pasukan Filipina berencana akan mulai mengunjungi masjid-masjid dan madrasah-madrasah di ibukota negara yang berpenduduk mayoritas Katolik itu untuk belajar lebih banyak tentang masyarakat itu, tapi para warga Muslim lokal mengatakan mereka memandang rencana itu dengan kecurigaan. Tentara mendapat kecaman keras setelah menggelar pasukan di sekitar daerah-daerah kumuh Manila, yang memicu tuduhan-tuduhan bahwa pasukan itu melakukan kampanye terselubung terhadap aktivis-aktivis sayap kiri menjelang pemilihan anggota Kongres Mei mendatang. Mayjen Benjamin Dolorfino, komandan satuan-satuan militer di Manila yang berpenduduk 12 juta jiwa itu, Senin mengatakan pasukan akan melakukan serangkaian pertemuan untuk mengetahui lebih banyak tentang masalah-masalah masyarakat Muslim dan menawarkan mereka solusi-solusi. Sekitar 800.000 warga Muslim tinggal di Manila metropolitan. Gagasan di sini adalah bukannya memberlakukan pendekatan tangan kanan-- operasi militer--, kami menawarkan pendekatan tangan kiri atau meningkatkan hubungan masyarakat," kata Dolorfino kepada wartawan setelah memberikan penjelasan kepada tentara yang akan dikirim ke daerah-daerah Muslim. "Pendekatan utama adalah dialog yang bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah dan kemudian membawanya kepada pihak berwenang sehingga kami dapat memberikan solusi pada masalah masyakarat itu." Para pemimpin masyarakat di sebuah desa Muslim di Kota Tagig, Selasa mengatakan mereka curiga dengan niat riil dari kunjungan-kunjungan tentara itu. "Kami tidak menentang kunjungan tentara ke desa-desa kami," kata Nasruddin Amerol, salah seorang pemimpin masyarakat kepada Reuters. "Selama kami diberitahu tentang maksud sesungguhnya kunjungan mereka, kami dengan senang hati menerima mereka." Amerol mengatakan tidak dapat dipersalahkan pada sejumlah penduduk Muslim jika mereka kuatir kehadiran tentara itu karena pengalaman mereka di masa lalu di selatan, di mana empat kelompok perlawanan Islam memerangi pemerintah untuk hampir 40 tahun. "Mereka disambut baik di sini selama mereka menghormati kebudayaan kami dan agama kami. Kami tidak mengizinkan mereka berada di dalam masjid kecuali mereka adalah warga Muslim," tambahnya. Dolorfino yang beragama Islam, mengatakan kunjungan mingguan pasukan ke tempat-tempat pertemuan tradisional Islam akan mencegah kelompok garis keras untuk menjadi tempat perlindungan, di mana mereka dapat bekerjasama untuk meledakkan bom di kota-kota.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007