Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura (AP) I mengakui bahwa kondisi landasan pacu Bandar Udara (Bandara) Adi Sucipto sepanjang 2.220 meter pada beberapa bagian bergelombang, sehingga pada tahun ini manajemen memutuskan untuk melakukan perataan (laveling) dan pelapisan kembali (overlay) seluruhnya secara bertahap. "Tahun ini, anggaran untuk (laveling) dan (overlay) seluruhnya sebesar Rp44 miliar, dan ini sudah direncanakan sejak tahun lalu," kata Dirut PT AP I, Bambang Darwoto, saat dihubungi di Jakarta, Rabu. Sementara itu, ia menegaskan, terkait dengan rencana penambahan panjang landasan sebesar 300 meter dengan anggaran Rp300 miliar baru akan dilakukan tahun depan. Namun, Bambang menjelaskan, perbaikan kondisi dan perpanjangan landasan tersebut bukan akibat dari kecelakaan pesawat GA-200 jenis B737-400 beberapa waktu lalu, tetapi memang sudah direncanakan. "Tapi, kami akui bahwa setiap penerbangan menuju Adi Sucipto sejumlah hambatan menghadang, antara lain kondisi perbukitan di sekitar bandara, dan hal ini sudah diketahui oleh pilot dan prosedur mengantisipasinya," katanya. Jadi, tegasnya, ada atau tidak kecelakaan pesawat GA-200 kemarin, rencana itu tetap berjalan. "Tender (laveling) dan (overlay), kemungkinan bulan depan sudah digelar," katanya. Bambang juga menjelaskan, mengingat kondisi bandara dan landasan pacu serta kondisi sekitarnya, maka untuk perpanjang runway akan diperpanjang ke arah timur. Selain itu, di sebelah barat ada Jembatan Janti dan saat jembatan ini dibangun tak pernah ada koordinasi dengan PT AP I. "Terhadap rencana perpanjangan runway ke arah timur ini, sudah disetujui oleh TNI AU," katanya sambil menambahkan bahwa lahan Bandara Adi Sucipto milik TNI AU. "Status penerbangan sipil adalah numpang di sana," katanya. Jika Bandara Adi Sucipto sudah memiliki landasan pacu 2.520 meter, maka pesawat lebih besar seperti Airbus 767 mampu mendarat di sana. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007