Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan undisburstment loan (pinjaman/kredit yang sudah disetujui tetapi tidak ditarik/digunakan) perbankan pada awal 2007 ini meningkat dibanding awal tahun 2006. "Loan yang tidak digunakan mencapai Rp179 triliun pada Januari 2007, sementara pada Januari 2006 hanya Rp143 triliun," kata Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah, dalam semiloka sektor riil dan peran sektor keuangan di Jakarta, Kamis. Menurut Burhanuddin, kondisi tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pada prospek perekonomian masih "fragile" dan rentan. Masalah yang dihadapi saat ini adalah adanya asimetrik informasi antara pegiat (pelaku) ekonomi dengan perbankan. Karena itu, saat ini BI aktif melakukan kegiatan yang mendorong adanya komunikasi antara pelaku ekonomi dengan perbankan di daerah-daerah. "BI juga merevitalisasi kantor-kantor BI di daerah dengan tujuan menjadikannya sebagai pusat informasi bisnis, pusat studi kredit, dan lainnya," katanya. Menurut dia, SDM perbankan juga masih perlu ditingkatkan karena banyak bank, terutama swasta, yang sebelumnya merupakan bagian dari suatu grup usaha sehingga tidak memerlukan banyak analisis industri dalam penyaluran kredit. "Kini mereka harus lebih cermat dalam melakukan analisis industri, sehingga dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan," kata Burhanuddin. BI mengharapkan, meskipun pada awal tahun undisburstment loan meningkat, pada keseluruhan tahun 2007 penggunaan pinjaman perbankan akan terus meningkat. "Saya kira akan sangat tergantung pada pasar, tergantung pada gairah perekonomian kita. Itu kan sudah disetujui kreditnya, biasanya untuk penarikan itu bank sudah menentukan sejumlah persyaratan atau juga si nasabah melihat bahwa dana tersebut tidak perlu ditarik dulu karena akan jadi beban, jadi lebih baik disimpan saja di situ," katanya. Ia mengharapkan dinamika ekonomi pada 2007 secara keseluruhan akan mengarah pada perkembangan positif dibanding tahun sebelumnya. BI juga mengharapkan agar perbankan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam peningkatan pertumbuhan investasi pada 2007. "Seperti disampaikan Menteri Keuangan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,3 persen diperlukan pertumbuhan investasi hingga 12,3 persen atau senilai sekitar Rp900 triliun. Dari jumlah itu memang sebagian akan datang dari perbankan," kata Burhanuddin. (*)

Copyright © ANTARA 2007