Jakarta, 15/3 (ANTARA) - Universitas Indonesia (UI) diharapkan tidak terlalu mengandalkan sumber pendapatannya dari biaya perkuliahan yang dibayar mahasiswa, tetapi harus mengoptimalkan sumber lainnya seperti dari pemerintah dan usaha swadaya, kata Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, M Yusuf. "Sebagai BHMN, UI sebenarnya memiliki tiga pilar sumber pendapatan utama, yaitu pemerintah, masyarakat dan mahasiswa, dan usaha-usaha UI," katanya ketika ditemui di Depok, Kamis. Menurut Yusuf, seharusnya tiga sumber itu masing-masing memberikan porsi yang setidaknya sama besar untuk pendapatan UI. Namun, lanjut mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam itu, sekitar 60 persen pendapatan UI masih berasal dari biaya kuliah yang dibayarkan oleh para mahasiswa. "Sewaktu UI menawarkan diri sebagai BHMN, seharusnya telah dipikirkan pula bagaimana langkah-langkah strategis dalam mendapatkan dana pendanaan," ujar dia. Menurut dia, sebenarnya UI sangat berpotensi untuk membuka beragam sumber usaha apalagi bila dilihat dari jejaring alumni, aset, dan kualitas SDM yang dimilikinya. Yusuf mengungkapkan, kini terdapat momentum baru yaitu pemilihan rektor baru UI yang direncanakan berlangsung pada tahun 2007 ini. "Ini menjadi kesempatan bagi UI untuk memilih rektor yang benar-benar mampu memberikan solusi atas berbagai permasalahan tersebut, tetapi bukan solusi dengan menaikkan uang kuliah," katanya. Selain itu, ia juga berharap agar Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) mau membuka keran subsidi seluas-luasnya kepada pendidikan khususnya Perguruan Tinggi karena hal itu adalah sebuah investasi jangka panjang bagi bangsa Indonesia. Ia juga mengatakan, meski universitas telah diberikan otonomi kampus, tetapi juga merupakan tanggung jawab pemerintah dalam memenuhi kebutuhan SDM dan berbagai fasilitas misalnya untuk riset yang terdapat di dalam universitas. "Jangan sampai pendidikan secara umum dan Perguruan Tinggi khususnya menjadi hal yang mahal karena diterapkan berbagai metode komersialisasi untuk mengelolanya," kata Yusuf.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007