Jakarta (ANTARA News)  - Usia terus bertambah, tapi kelincahan gerak fisik dan kecepatan olah pikir tidak banyak berubah. Itulah Mohammad Jusuf Kalla, Wapres RI, yang Ahad, 15 Mei 2016, genap berusia 74 tahun.

Pria yang akrab dipanggil JK itu tetap enerjik, ramah, murah senyum dan tangkas menanggapi pernyataan lawan bicaranya.

Dengan senyum khasnya, ia menerima ucapan selamat ulang tahun dari para tamunya, tapi matanya terus memandang keluar. "Belum lengkap, masih di mana?" begitu gumamnya, menanyakan keberadaan cucu-cucunya.

Jam menunjukkan pukul 09.00 WIB, saat yang menurut jadwal acara perayaan HUT-nya di rumah dinas Wakil Presiden di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat dimulai. Ikhwal Pak JK sangat peduli dengan cucu-cucunya dibenarkan oleh Syahrul Ujud, staf khusus wapres bidang umum dan kemasyarakanan.

Ketika satu per satu cucu yang ditunggu tiba, mereka langsung dipeluk, dicium dan dipangku oleh JK dan diajak mengobrol oleh sang kakek. Ia tampak sangat bahagia.

Setelah yang ditunggu datang semua, JK bangkit dari kursinya yang berada di halaman samping kiri rumah dan beranjak menuju ke dalam rumah. Istrinya, Ny Mufidah Jusuf Kalla sudah menunggunya di pintu masuk.

Berdua mereka masuk rumah diiringi anak, menantu, cucu dan para tamu. Sejumlah tumpeng nasi kuning dan makanan lain sudah tertata rapi di atas meja.

Acara, seperti biasa, dimulai dengan berdoa. Prof Dr Komaruddin Hidayat, cendekiawan dan mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, diminta memimpin pembacaan doa.

Komaruddin, yang juga mantan rektor Universitas Paramadina, maju dan memegang mikrofon. Ia tidak segera memimpin pembacaaan doa, melainkan minta waktu untuk menyampaikan pidato singkat terlebih dulu. Alasannya, ia tidak biasa memimpin doa di hadapan orang banyak. Ia terbiasa berdoa sendirian.

Dalam ceramah singkatnya, Komaruddin menyebut tujuh faktor yang memengaruhi kebahagiaan seseorang, yakni : 1. Mempunyai keluarga, 2. Mempunyai pekerjaan, 3. Mempunyai teman (komunitas), 4. Mempunyai keuangan yang cukup, 5. Kesehatan, 6. Kebebasan (freedom) dan 7. Iman (faith).

Ketujuh faktor itu dimiliki Pak JK, kata Komaruddin, yang langsung diamini para hadirin. Sebelumnya, Komaruddin menjelaskan usia itu tidak sama dengan umur.

Usia berkaitan dengan bilangan tahun, sedangkan umur berurusan dengan amal. Ada orang yang berumur pendek, tapi amalnya panjang dan ada pula yang sebaliknya, katanya.

Bukan JK jika tidak cepat menanggapi omongan orang lain, apalagi jika itu menyangkut dirinya. Maka sambil menggandeng tangan istrinya, JK segera menyahut: "Usia itu ada tiga. Satu adalah usia (menurut) KTP (Kartu Tanda Penduduk), usia biologis dan usia (karena) semangat". Hadirin pun bertepuk tangan, sambil tertawa.


Jalan Keluar

Jusuf Kalla lahir 15 Mei 74 tahun lalu di Watampone, Sulawesi Selatan. Dia terkenal dengan ketangkasan dan kepiawianya dalam olah wicara. JK juga dikenal sebagai problem solver atau pencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang telah memasuki jalan buntu (deadlock).

Salah satu terobosannya adalah tercapainya penyelesaian damai antara pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melalui Perjanjian Helsinki.

Julukan pencari jalan keluar cocok untuk JK. Kebetulan ia pernah memandu acara talkshow bertajuk "Jalan Keluar" di salah satu televisi swasta.

Jejak langkahnya banyak membuktikan betapa mudahnya ia menemukan jalan keluar, serumit apa pun masalahnya. Cepat mengambil keputusan, jalan yang ia tempuh sederhana. Praktis, tidak berliku, mudah diterima.

Demikian tertulis dalam buku "Satu Digit", berisi 74 kumpulan pidato M Jusuf Kalla, yang diluncurkan setelah pemotongan tumpeng ulang tahun.

Pak JK tidak suka protokoler yang bertele-tele. Saya punya pengalaman pribadi dalam hal ini ketika mengajukan permohonan untuk audiensi. Sudah beberapa bulan belum dapat jadwal karena acara Wapres memang padat. Suatu malam saya berjumpa Pak JK dalam suatu resepsi pernikahan. Tiba-tiba saya ditarik untuk "mojok".

"Di sini saja kita selesaikan, panggil itu menteri," katanya. Dalam beberapa menit urusan pun selesai.

Buku yang diterbitkan Republika itu mengutip Pak JK sebagai mengatakan, "Saya terkejut, bunga untuk rakyat 22 persen di bank pemerintah. Di lain pihak, korporasi 11-12 persen. Ada yang 10 persen. Jadi usaha kecil yang mensubsidi korporasi. Bayangkan?".

"Tahun 2016 kita turunkan menjadi 9 persen untuk usaha kecil, berapa pun ongkosnya," katanya dalam buku hasil suntingan Husain Abdullah (Uceng), staf khusus wapres bidang media massa, dan wartawan Burhanuddin Bella itu.

JK mengatakan, pemerintah jangan mengulangi kesalahan. "Kita dirampok berkali-kali akibat kebijakan yang kita ambil. Menurut dia, korupsi memang sangat berbahaya, tetapi yang lebih berbahaya adalah kebijakan ekonomi yang keliru, khususnya moneter".

Sebelum memasuki dunia politik dan pemerintahan, JK adalah seorang pengusaha. Ia pernah menjabat berbagai jabatan puncak pemerintahan, termasuk Menko Kesra, Wakil Presiden mendampingi Presiden SBY (2004-2009), Ketum Golkar dan kini kembali menjadi Wapres mendampingi Presiden Jokowi (2014-2019). *****



*) Penulis adalah wartawan senior, pengamat media, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA periode 1998-2000, dan Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI) periode 2005-2010.

Oleh Parni Hadi *)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016