Jakarta (ANTARA News) - Gabungan organisasi masyarakat yang tergabung dalam gerakan bela negara menyelenggarakan simposium nasional antikomunisme bertajuk "Mengamankan Pancasila Dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain".

Simposium yang berlangsung di gedung Balai Kartini Jakarta, Rabu pagi itu merupakan acara tandingan dari simposium 65 yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu di Hotel Arya Duta, yang dinilai memfasilitasi munculnya kembali paham komunisme di Indonesia.

Ormas yang terlibat dalam agenda tersebut antara lain FKPPI, Pemuda Pancasila, GP Ansor, HMPI, HMI, Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia, GPII, Pemuda Panca Marga, dan lain sebagainya.

Agenda tersebut rencananya dibuka oleh Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, namun batal dilaksanakan karena Menteri Ryamizard tengah melakukan kunjungan kerja di luar kota.

Pada kesempatan tersebut turut hadir Mantan Wakil Presiden keenam Indonesia, Tri Sutrisno, yang memberikan pidato kunci untuk agenda yang berlangsung pada tanggal 1-3 Jumi 2016 tersebut.

Saat berpidato, Try Sutrisno turut menyampaikan rencana peluncuran buku yang membahas kronologi Surat Perintah Sebelas Maret (Super Semar) yang selama ini disalahartikan sebagai surat kudeta oleh Presiden kedua Indonesia, Soeharto, kepada Presiden Soekarno.

"Buku kronologi Super Semar penting dibaca. Karena sekarang ada pembalikan opini. Dia (Soeharto) sangat loyal dan menghargai pada Pak Karno, jadi jangan dikira Pak Harto bertindak macam-macam pada pak Karno," tukasnya menjelaskan.

Lebih lanjut, Sutrisno  mengaku mengetahui pidato Soekarno yang memberikan penilaiannya terhadap Soeharto terkait peristiwa tersebut.

"Waktu pak Karno bilang seperti ini, Jenderal Soeharto telah melakukan tugasnya dengan baik dan saya bangga dengan hal yang dilakukan itu," kata Sutrisno .

Pewarta: Roy Bachtiar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016