Orlando, Florida (ANTARA News) - Mantan istri pria bersenjata yang membunuh 50 orang di kelab malam di Orlando dalam penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika Serikat menyebut dia mengalami gangguan mental dan emosional serta bertabiat kasar, namun bercita-cita menjadi polisi.

Sitora Yusufiy mengatakan bahwa mantan suaminya Omar Mateen (29), yang diidentifikasi sebagai pelaku penembakan massal yang tewas dalam baku tembak dengan polisi pada akhir penembakan Minggu, juga mengatakan kepada wartawan dalam jumpa pers yang disiarkan CNN, bahwa ia "diselamatkan" oleh keluarga dari mantan suaminya setelah empat bulan pernikahan penuh badai dan berakhir dengan perceraian.

Mateen, warga Amerika Serikat kelahiran New York yang tinggal di Florida dan merupakan anak dari imigram Afghanistan, sudah dia kali diperiksa agen FBI dalam beberapa tahun terakhir.

Dia bekerja untuk firma keamanan global G4S dalam sembilan tahun terakhir, menjadi penjaga bersenjata untuk komunitas pensiunan kaya di Florida Selatan, dan dua kali lolos dalam pemeriksaan latar belakang yang dilakukan perusahaan, yang terkini tahun 2013 menurut G4S.

Penyelidikan awal menunjukkan serangan itu terinspirasi ISIS, meski tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan langsung Mateen dengan kelompok itu menurut para penegak hukum.Saat penembakan berlangsung, Mateen "menghubungi 911 pagi ini di mana dia menyatakan kesetiaannya kepada pemimpin ISIS," kata Ronald Hopper, asisten agen khusus FBI yang bertugas menangani kasus itu, seperti dilansir kantor berita Reuters.

Ayah Omar Mateen, pria kelahiran Afghanistan bernama Seddique Mateen, adalah komentator politik yang sering membahas masalah-masalah Afghanistan dan Pakistan.

Seddique Mateen, yang menurut data publik diindikasikan sebagai ayah Omar Mateen, sesekali tampil dalam acara televisi satelit Afghanistan yang berbasis di Amerika Serikat selama sekitar tiga tahun, dan masih mengunggah komentar politiknya di halaman Facebook sampai Minggu.

Omar Khatab, pemilik televisi satelit Payam-e-Afgan yang berpusat di California, dalam wawancara mengatakan bahwa Seddique kadang-kadang mengisi acara "Durrand Jirga" di saluran televisinya, yang membahas masalah Garis Durand yang menjadi sengketa, perbatasan Afganistan dan Pakistan.

Dalam wawancara dengan NBC News, Minggu, Seddique Mateen yang juga dikenal sebagai Mir Siddique, mengatakan bahwa penembakan oleh anaknya itu tidak ada hubungannya dengan agama.

Ia menyebut kejadian di pusat kota Miami, tempat lahir anak lelakinya Omar Mateen, ketika Omar melihat dua pria sedang berciuman di depan istri dan anaknya dan menjadi marah.

"Kami meminta maaf atas semua kejadian ini," NBC News mengutip pernyataan Seddique Mateen.

"Kami tidak mengetahui tindakan apapun yang dia lakukan. Kami juga terkejut seperti seluruh negeri ini."

Seddique Mateen tinggal di Florida menurut data publik, tetapi tidak diketahui kapan dia masuk ke Amerika Serikat. Dia juga tidak membalas telepon, yang sepertinya dimatikan, juga tidak membalas surel.

Khatab mengatakan bahwa Seddique Mateen akan muncul di studio Caniga Park, California, miliknya 3-4 kali dalam seminggu untuk merekam siarannya.

"Ia berbicara sekitar dua-tiga jam," kata Khattab dalam wawancara melalui telepon. (Uu.M007)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016