Jakarta (ANTARA News) - Pengelolaan minyak dan gas nasional dinilai akan menjadi lebih baik dengan penggabungan PT Perusahaan Gas Negara ke dalam PT Pertamina (Persero) sehingga mampu memunculkan BUMN yang mampu berkompetisi di tingkat global.

Dosen program studi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan (Unhan), Dr Rudi Laksmono di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa akan lebih baik jika pembentukan perusahaan induk (holding company) bidang energi mencakup sektor minyak, gas, energi baru dan terbarukan, dan batu bara.

Menurut dia, penggabungan PGN ke dalam Pertamina yang bisa menjadi semacam Pertamigas Nasional diharapkan dapat bersaing dengan Petronas, perusahaan migas Malaysia, atau perusahaan berskala global lainnya karena akan lebih efisien.

"Penggabungan itu pasti bertujuan baik, yaitu mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada selama ini sehingga belum mampu bersaing dengan luar," katanya.

Pengamat energi lainnya, Ali Ahmudi mengatakan pembentukan holding BUMN energi didasari kepentingan untuk memperkuat sekaligus meningkatkan daya saing perusahaan energi nasional.

"Keberadaan perusahaan holding juga akan mendorong efisiensi energi dari hulu ke hilir, serta meningkatkan kelincahan perusahaan energi nasional untuk berekspansi ke luar negeri," kata Ali Ahmudi, yang juga peneliti pada Pusat Studi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan.

Menurut Ali, keberadaan holding sektor lainnya seperti perkebunan, pupuk, dan semen juga menjadi acuan dibentuknya hal serupa di sektor energi. Pembentukan holding merupakan strategi efektif dalam mendorong keunggulan kompetitif perusahaan energi nasional.

Namun, upaya mewujudkan BUMN energi Indonesia yang semakin kuat dan kompetitif berpulang kepada itikad politik pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.

Ali menegaskan Indonesia harus merujuk dua negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia dan Singapura. Pemerintahan Mahatir Mohammad (PM Malaysia) pada pertengahan 1990-an mendukung kemandirian Khazanah Bhd karena pemerintahnya yakin negara membutuhkan BUMN yang sehat dan kuat untuk dapat bersaing secara global. Demikian pula di Singapura, PM Lee Kuan Yew pada saat membentuk Temasek Group beranjak dari pemikiran serupa.

"Sungguh tragis, resep sama yang dimiliki Indonesia tidak dijalankan dengan baik sehingga BUMN kita jalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran. Pada 1970-an Petronas belajar dari Pertamina, namun kini kondisi sebaliknya yang terjadi," kata Ali yang tengah menyelesaikan disertasi soal sistem permodelan energi pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016