Surabaya (ANTARA News) - Puluhan aktivis Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jawa Timur, Selasa, melakukan aksi demonstrasi (demo) ke Konsulat Jenderal (Konjen) AS di Surabaya, memprotes dan mendesak pencabutan Resolusi 1747 DK-PBB soal nuklir Iran. Aksi yang melibatkan empat elemen dari Angkatan Muda Ka`bah (AMK), Gerakan Pemuda Ka`bah (GPK), Wanita Persatuan Pembangunan (WPP), dan Generasi Muda Persatuan Indonesia (GMPI) itu, juga diikuti anggota FPP DPRD Jatim, Ahmad Zainuri Ghozali. Mereka mengawali aksi dengan "longmarch" dari Taman Bungkul, Surabaya sambil menampilkan teatrikal tentang orang bertopeng wajah "George W Bush" yang menarik dua tali yang diikat kepada dua orang yang dadanya bertuliskan "DK-PBB" dan "Hati Nurani." Selain itu, mereka juga membentangkan poster bertuliskan "AS Pecundang Demokrasi", "Dunia Tanpa Amerika Tentram, Resolusi No ! Tolak Yes !", "Bubarkan Dewan Keamanan PBB, Bush Teroris Sejati, USA Negara Adidaya - Negara Tipudaya", dan sebagainya. "Kami memprotes Resolusi 1747 tentang embargo ekonomi terhadap Iran dan hambat pasokan senjata ke Iran. Itu tidak adil, karena Iran dilarang pakai nuklir untuk perdamaian, tapi Israel dibiarkan pakai nuklir untuk mengobok-obok negara muslim," ujar Ahmad Zainuri. Menurut dia, Resolusi DK-PBB seperti itu, berarti mendzolimi umat Islam dan bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Karena itu, pihaknya mendesak Resolusi 1747 DK-PBB itu dicabut. "Kami kecewa bila Indonesia mendukung Resolusi 1747 itu, karena itu kami minta Gubernur Jatim untuk meneruskan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), agar mencabut resolusi tersebut," tegasnya. Ia menilai, adzab yang melanda bangsa Indonesia tidak akan pernah selesai, bila Indonesia mendukung upaya yang mendzolimi sesama umat Islam di Iran tersebut. Dalam aksi itu, puluhan aktivis PPP Jatim juga menyebarkan brosur yang intinya menolak Resolusi 1747 DK-PBB, bubarkan DK-PBB, tarik diri keanggotaan Indonesia dari DK-PBB, dan menolak keberpihakan Indonesia kepada AS.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007