PBB, New York (ANTARA News) - Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Sudan Selatan Ellen Margrethe Loj mendesak semua pihak agar mematuhi gencatan senjata yang diserukan oleh Presiden Salva Kiir dan Wakil Presiden Riek Machar di Ibu Kota Sudan Selatan, Juba.

Utusan PBB tersebut menyeru para pemimpin Sudan Selatan agar menjamin bahwa perintah gencatan senjata disampaikan kepada seluruh rantai komando pasukan keamanan sehingga tentara kembali ke barak mereka, kata seorang juru bicara PBB kepada wartawan di Markas Besar PBB, New York, Selasa (12/7), lapor Xinhua/OANA.

Loj juga mendesak pasukan keamanan di Juba agar mengizinkan akses tanpa halangan buat patroli oleh Misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS) untuk melindungi warga sipil dan menyeru semua pihak agar mengizinkan warga sipil bergerak secara bebas ke tempat pengungsi, kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric.

"Wanita pejabat itu mendesak pemerintah agar membuka koridor untuk memungkinkan PBB dan pelaku kemanusiaan menyediakan pasokan penting serta bantuan lain buat warga sipil yang terpengaruh, serta akses ke pengungsian medis," kata Dujarric.

Masih pada Selasa, UNMISS menyambut baik gencatan senjata yang diinstruksikan masing-masing oleh Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan Wakil Presiden Riek Machar pada Senin malam, setelah berhari-hari pertempuran sengit antara pasukan mereka di Juba.

Instruksi gencatan senjata tersebut brelaku mulai pukul 18.00 waktu setempat dan setiap anggota pasukan pimpinan Machar yang menyerah harus dilindungi juga. Instruksi gencatan senjata itu dikeluarkan setelah Dewan Keamanan PBB menyeru kedua pihak agar mengakhiri pertempuran.

Pertempuran sengit antar-faksi yang bertikai meletus lagi pada Senin. Warga lokal memberitahu Xinhua suara pemboman artileri dan mortir gencar terdengar di beberapa bagian Juba. Pemboman tersebut terjadi setelah bentrokan mematikan pada Jumat dan Ahad di Ibu Kota Sudan Selatan itu.

Kementerian Kesehatan Sudan Selatan menyatakan sedikitnya 271 orang tewas dalam bentrokan Jumat (8/7), sedangkan jumlah korban jiwa dalam pertempuran sejak Ahad belum diketahui.

"UNMISS juga melaporkan bahwa sebagian besar gencatan senjata tampaknya berjalan, sehingga mencegah baku-tembak sporadis, dan bandar udara di ibu kota telah dibuka lagi walaupun penerbangan komersial masih dihentikan," kata Dujarric. "Prajurit pemelihara perdamaian bisa melakukan sedikit patroli singkat di Juba hari ini."

Sejak pertempuran meletus pada 8 Juli, sebanyak 5.000 orang lagi yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka telah meminta perlindungan di Kompleks PBB, Tomping, di Juba.

Tiga-ribu lagi orang yang kehilangan tempat tinggal dan tiba di Rumah PBB telah direlokasi ke tempat perlindungan warga sipil di dekat kompleks tersebut.

UNMISS menyatakan lebih dari 7.000 orang telah mencari perlindungan di berbagai kompleksnya. Prajurit pemelihara perdamaian telah melindungi kompleks PBB dan tempat Perlindungan Warga Sipil, yang menampung orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka.

Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) juga melaporkan bahwa perkiraan awal menunjukkan sedikitnya 36.000 orang telah kehilangan tempat tinggal akibat pertempuran, kata juru bicara PBB tersebut. "Sebagian besar orang yang terpengaruh adalah perempuan dan anak-anak."
(Uu.C003)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016