Jakarta (ANTARA News) - Waktu 20 tahun tidak menjadi penghalang bagi hidupnya kembali karakter yang melegenda di dunia perfilman Indonesia yakni Nagabonar. "Nagabonar Jadi 2", demikian judul sekuel yang diproduksi oleh PT Demi Gisela Citra Sinema dengan PT Bumi Prasidi Bi-Epsi yang penyutradaraannya dilakukan oleh sang "Nagabonar" sendiri, yakni Deddy Mizwar yang juga berperan di dalamnya. Muncul pertama kali pada 1986, film tentang seorang pencopet yang diangkat jadi jenderal dalam perang kemerdekaan itu adalah buah karya sutradara ternama Asrul Sani. Skenarionya yang menawan membuatnya diganjar Piala Citra 1987 sebagai Film Terbaik dan sempat pula diikutkan dalam ajang Academy Award dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik meskipun tidak menang. Keinginan untuk menghadirkan kembali Nagabonar diakui Deddy sudah lama terlintas di benaknya, namun ia membutuhkan waktu yang lama untuk menentukan bentuk dari film tersebut. Ia akhirnya memutuskan untuk menggunakan setting masa kini, tidak lagi zaman kemerdekaan seperti film pertamanya, karena menurut Deddy, musuh yang harus dihadapi oleh Nagabonar kini bukan lagi penjajah, melainkan zaman modern. "Kalau dulu Nagabonar digunakan untuk 'melihat ke belakang' (masa lalu), maka Nagabonar yang sekarang adalah untuk 'melihat kedepan'. 'Nagabonar Jadi 2' mengajak kita untuk kembali melihat Indonesia dari hati," kata Deddy. Nilai-nilai perjuangan kembali dihadirkan Deddy lewat adegan napak tilas Nagabonar tua ke situs-situs bersejarah di Jakarta, seperti Tugu Proklamasi dan Patung Jenderal Sudirman. Di Tugu Proklamasi, Nagabonar menceritakan tentang perjuangan kemerdekaan kepada seorang sopir bajaj yang mengantarnya berkeliling Jakarta. Keluarga dan Cinta Di masa tuanya itu, Nagabonar juga "harus" berurusan dengan masalah cinta dan keluarga. Seperti dirinya, anaknya Bonaga juga tidak bisa mengatakan "Aku cinta padamu", meskipun terlihat jelas ia sangat menginginkan rekan bisnisnya Monita (Wulan Guritno) lebih dari sekedar teman. Bertekad agar anaknya tidak lagi mengulangi perbuatannya, Nagabonar turut campur dalam hubungan dua sejoli itu, bahkan menanyakan kepada Monita apakah ia mencintai Bonaga. Adegan-adegan dan dialog-dialog lucu mengalir dari skenario garapan Musfar Yasin tersebut, termasuk gerak-gerik gugup Bonaga ketika makan malam berdua Monita di restoran. Meskipun sama-sama drama komedi, "NagaBonar Jadi 2" tidak dapat dibandingkan dengan Nagabonar tahun 1986. Dan perbandingan itulah memang yang dihindarkan oleh Deddy Mizwar yang mendatangi sang penulis naskah dengan segudang ide. Deddy menolak untuk menuruti kehendak pemilik modal yang ingin membuat sekuel ini tetap bersetting zaman penjajahan dengan alasan ia tidak akan dapat membuatnya "sesempurna" garapan Asrul Sani. Namun meskipun sekuel ini jauh berbeda dengan film pertamanya, ada beberapa hal yang tetap dipertahankan Deddy seperti kegemaran Nagabonar bermain bola maupun ungkapan, "Apa kata dunia?". (*)

Pewarta: Oleh Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2007