Jakarta (ANTARA News) - Aljazair berpotensi menjadi pasar ekspor non tradisional bagi Indonesia, demikian disampaikan Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian RI Harjanto.

"Aljazair hingga saat ini belum menjadi negara mitra dagang utama Indonesia, namun saya meyakini Aljazair memiliki potensi yang cukup besar sebagai pasar non-tradisional produk ekspor Indonesia," kata Harjanto di Jakarta, Rabu.

Harjanto menyampaikan, hal ini terlihat dari peningkatan komoditi ekspor Indonesia ke Aljazair pada 2015, seperti lemak dan minyak nabati, sabun, karet, olahan daging dan ikan serta besi baja. Menurut data Kemenperin, ekspor komoditi tersebut mencapai 20,6 juta dollar AS atau meningkat 29 persen pada 2015 dibandingkan tahun sebelumnya.

Dalam rangka mengakselerasi minat investasi dan ekspor, menurut Harjanto, diperlukan inisiasi pengiriman misi investasi dan perdagangan dalam waktu dekat.

Sehingga, informasi mengenai kemudahan investasi dan ekspor antar kedua negara dapat ditindaklanjuti dengan melibatkan kamar dagang dan industri kedua negara.

Harjanto menambahkan, hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Aljazair telah terjalin lebih dari 50 tahun dan Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Aljazair pada 5 Juli 1962.

"Hubungan yang terjalin baik tersebut dilatar belakangi olehbeberapa kesamaan, diantaranya sama-sama memiliki penduduk mayoritas muslim dan penganut politik luar negeri yang anti kolonialisme," ujarnya.

Meskipun demikian, Indonesia dan Aljazair perlu menggali lebih dalam potensi kerja sama kedua negara.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016