Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR Eva Kusuma Sundari mengatakan nasionalisme harus dimaknai secara produktif dan bisa diukur dari perkataan dan tindakan yang berkontribusi pada persatuan di tengah intoleransi yang cenderung memecah belah bangsa.

"Nasionalisme harus terukur, tidak sekadar ditunjukkan di slogan, spanduk, propaganda atau seragam, apalagi dengan adanya ancaman radikalisme dan terorisme yang jelas ingin memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Eva di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, nasionalisme produktif adalah semua usaha yang bermuara dan berdampak pada kepentingan nasional serta menjaga keindonesian, keutuhan NKRI, kebhinnekaan, dan konstitusi negara.

Ia menilai sejauh ini nasionalisme di kalangan generasi muda tetap terjaga, hanya dalam bentuk yang berbeda dari yang diwariskan generasi sebelumnya.

"Anak muda kini banyak yang mengekspresikan kecintaannya kepada negeri dengan ekspresi kekinian, misalnya, ekonomi kreatif yang mencirikan kemandirian, mengembangkan sikap terbuka sehingga mampu bertoleransi dengan yang berbeda dengannya," tuturnya.

Eva berharap generasi muda Indonesia mampu mempertahankan idealisme dan nasionalisme mereka ketika kelak memegang kekuasaan.

"Kekuasaan adalah ujian kecintaan dan komitmen terhadap kepentingan nasional," kata politikus PDI Perjuangan itu.

Sementara itu, Wakil Sekjen PBNU Isfah Abidal Aziz mengungkapkan untuk memperkokoh nasionalisme di tengah merebaknya paham radikalisme dan terorisme jargon "hubbul wathan minal iman" atau cinta Tanah Air sebagian dari iman harus diperkuat.

"Jargon hubbul wathan minal iman itu sebagai bentuk akumulasi dari menyatunya antara Islam dengan nasionalisme yang disampaikan oleh Hadhratus Syaikh KH Hasyim Asyari (pendiri NU, Red)," ujar Isfah.

Ia pun menegaskan tidak ada larangan bagi umat Islam Indonesia untuk merayakan kemerdekaan RI. Menurut dia, perayaan kemerdekaan dan penghormatan bendera Merah Putih sebagai kecintaan pada negara tidak menyalahi ajaran Islam.

"Karena ada muatan-muatan sejarah, mengingat selama sekian tahun kita pernah dijajah bangsa lain dan sebagainya. Jadi, pada prinsipnya kita boleh memperingati HUT Kemerdekaan RI," tegasnya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016