Teheran (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad-Javad Zarif pada Sabtu (20/8) mengatakan Irak berada di garis depan dalam perang melawan teror dan Iran mendukung rakyat serta Pemerintah Irak dalam perangnya melawan teror.

"Kami yakin rakyat dan Pemerintah Irak sejauh ini telah berhasil dalam perang melawan teror dan fanatisme," kata Zarif kepada kantor berita resmi Iran, IRNA.

Zarif, yang bertemu dengan Ketua Parlemen Irak Salim Al-Jabouri --yang sedang berkunjung, memuji apa yang ia katakan sebagai kestabilan politik di Irak.

Ia menyampaikan harapan bahwa rakyat Irak berjuang melawan teror dan fanatisme dapat menciptakan persatuan di kalangan semua kelompok suku di Irak dan pengikut berbagai agama di negeri itu, demikian laporan Xinhua, Minggu pagi.

Sementara itu, Al-Jabouri menyampaikan terima kasih kepada Iran atas dukungannya buat rakyat dan Pemerintah Irak dalam perang melawan teror. Ia juga mengatakan Iran adalah negara penting dan berpengaruh di wilayah tersebut.

Ketua Parlemen Irak itu mengatakan teror adalah ancaman menengah yang paling penting bagi seluruh wilayah tersebut dan berkat persatuan nasional, Pemerintah Irak telah mencapai kemenangan besar dalam perang melawan teror.

Pada Kamis (18/8), tak kurang dari 12 orang tewas dan 36 orang lagi cedera, dalam serangan mortir oleh petempur ISIS terhadap satu kamp pengungsi di Provinsi Salahudin, Irak Utara, kata satu sumber keamanan provinsi.

Peristiwa tersebut terjadi pada pagi hari, ketika anggota ISIS menembakkan banyak peluru mortir ke kamp pengungsi di satu pabrik semen yang sudah kosong di bagian utara Kota Kecil Baiji, sekitar 200 kilometer di sebelah utara Baghdad, kata sumber itu --yang tak ingin disebutkan jatidirinya.

Kamp tersebut didirikan untuk menerima ratusan keluarga yang kehilangan tempat tinggal mereka di Kota Kecil Shirqat, yang terkepung dan berada 280 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, Baghdad. Shirqat telah berada di bawah kekuasaan ISIS sejak Juni 2014, kata sumber tersebut.

Banyak orang yang tewas dan cedera adalah perempuan dan anak kecil.

Banyak keluarga di Shirqat dan kota besar dan kecil lain yang dikuasai gerilyawan dihalangi meninggalkan rumah mereka oleh anggota ISIS yang menggunakan mereka sebagai tameng manusia selama serangan militer.

(Uu.C003)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016