Mekkah (ANTARA News) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ade Komarudin memuji kinerja pemerintah dalam peningkatan kualitas layanan haji pada 1437 Hijriah.

"Secara umum, ada perbaikan pelayanan dari tahun lalu. Lebih baik lagi sekarang, baik di bidang transportasi, kesehatan, akomodasi, banyak peningkatan," katanya dalam sambutannya pada malam konsolidasi persiapan Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) di Hotel Dar Hadi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat WIB.

Sekalipun penilaian tersebut diberikan sebelum penyelenggaraan haji selesai, namun ia menilai kerja sama efektif dari seluruh pihak terkait seperti Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar RI dan Konsulat Jenderal RI, serta imigrasi, telah mewujudkan sinergi yang kuat untuk memberikan layanan kepada jamaah haji.

Ia juga menilai peningkatan kualitas layanan haji tahun ini salah satunya dapat dilihat dari berkurangnya jumlah kasus dibanding tahun lalu.

Namun, ia mengakui bahwa sebagai gelaran akbar, terlebih dilakukan di negara orang, tidak akan terlepas dari masalah. Oleh karena itu, ia tetap mendorong peningkatan kualitas penyelenggaraan haji di masa depan.

Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan harapannya agar jumlah petugas haji yang akan datang bisa ditambah, khususnya dari unsur TNI dan polisi, sebagai tulang punggu perlindungan jamaah.

Selain petugas keamanan, ia juga melihat pentingnya penambahan petugas kesehatan karena jamaah haji Indonesia banyak yang berusia lanjut. Lebih dari 50 persen jamaah haji Indonesia berusia di atas 50 tahun, dan 20 persen di antaranya berusia di antara 60 - 80 tahun.

Untuk membahas hal itu ia berencana segera mengundang Menag, Panglima TNI, Kapolri, Menlu, Menkes, Menkumham, dan Menhub.

Satu hal lain yang ia kritisi terkait pelaksanaan Armina adalah kualitas tenda di Arafah. Ia berharap di masa mendatang kualitas tenda di Arafah dapat ditingkatkan, sekalipun waktu tinggal jamaah di Arafah hanya satu hari.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta petugas tetap fokus menghadapi tantangan fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina.

"Tantangannya tidak sederhana. Kita negara terbesar pengirim jamaah. Selaku petugas kita mendapatkan kemuliaan," pesannya.

Menurut Menag, negara telah memberikan kepercayaan kepada para petugas haji untuk melayani tamu Allah, sekalipun tidak mudah mengelola jamaah yang mencapai lebih dari 155 ribu, terbagi dalam 387 kloter, dengan hanya 3.409 petugas.

Selama di Arab Saudi, jamaah harus ditempatkan di 232 hotel, 117 hotel di Mekkah dan 115 di Madinah.

"Ada 5.532 bus antarkota yang harus dimonitor seksama pergerakan mereka dari Madinah ke Mekkah dan dari Mekkah ke Madinah, termasuk juga dari Jeddah ke Mekkah dan dari Mekkah ke Jeddah. Juga ada tidak kurang 279 bus salawat yang beroperasi 24 jam dan harus dimonitor," paparnya.

Sementara itu katering yang harus disediakan di Madinah dan Mekkah untuk jamaah haji berjumlah 6.678.340 boks.

Data-data itu, tambah dia, menunjukkan betapa kompleksnya pekerjaan mengelola haji, walaupun bukan tidak mungkin untuk bisa tetap dikelola dengan baik.

"Atribut yang kita kenakan adalah petugas Indonesia. Kita membawa nama baik Indonesia. Karenanya tanggalkan ego sektoral masing masing. Tidak perlu menepuk dada kalau ada yang diapresiasi karena itu semata mata kerja tim," tuturnya dihadapan ratusan petugas, anggota dewan dan tim kedutaan besar serta konsulat jenderal di Arab Saudi.

Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016