Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Jakarta (BEJ) memutuskan untuk melakukan penghentian sementara (suspensi) atas perdagangan saham PT Sari Husada Tbk (SHDA) di seluruh pasar terhitung sejak sesi pertama perdagangan Jumat, 13 April 2007. Menurut Kepala Divisi Pencatatan Sektor Riil BEJ, Ignatius Girendroheru, suspensi tersebut dilakukan menyusul permohonan penghapusan pencatatan efek perseroan terkait dengan rencana untuk melakukan "voluntary delisting" dan "go private". Sebelumnya, Bursa Efek Surabaya (BES) malah telah menyatakan bahwa saham produsen susu dan makanan bayi tersebut terhitung sejak 16 April 2007 tidak lagi tercatat di BES menyusul perubahan status perseroan dari semula perusahaan publik menjadi perusahaan tertutup. Direktur Utama BES, Bastian Purnama, mengatakan bahwa akan menghapus seluruh data PT Sari Husada Tbk pada semua media informasi yang disediakan oleh BES dan dalam hal PT Sari Husada Tbk akan melalukan pencatatan kembali (relisting) pada BES akan diperlakukan sebagai pencatatan baru. Perseroan memutuskan untuk keluar dari bursa karena merasa tidak lagi memerlukan dana publik dari pasar modal. Dengan kondisi keuangan perusahaan yang cukup baik, Sari Husada hanya akan menerima dukungan pendanaan untuk kegiatan operasional dari Nutricia dan perusahaan afiliasi atau dari bank yang ditunjuk induk perusahaan. Penjualan bersih PT Sari Husada selama 2006 naik sebesar 12,8 persen menjadi Rp1,785 triliun dibanding 2005 yang hanya senilai Rp1,583 triliun. Kenaikan penjualan tersebut didorong oleh naiknya volume penjualan sebesar 8 persen dari 38.115 ton pada 2005 menjadi 41.151 ton pada 2006. Presiden Direktur SHDA, Budi Satria Isman, belum lama ini mengatakan bahwa hasil yang mengesankan tersebut dicapai meskipun perusahaan terkena dampak gempa bumi di Yogyakarta pada Mei 2006 yang sempat membuat aktivitas produksi terganggu. Dengan naiknya penjualan bersih, perusahaan makanan bernutrisi untuk bayi, anak-anak dan dewasa ini berhasil membukukan laba bersih Rp461,5 miliar atau naik 16 persen dari 2005 senilai Rp397,1 miliar, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007