Palangka Raya (ANTARA News) - Sejumlah satwa langka spesies endemis Kalimantan Tengah (Kalteng) beberapa tahun terakhir menghilang akibat minimnya program konservasi satwa di wilayah ini. "Sejumlah satwa asli yang hidup Kalimantan Tengah kini tidak lagi dapat dijumpai keberadaannya di alam liar serta populasinya pun tidak pernah diketahui tinggal berapa," kata Direktur Centre for Orangutan Protection (COP) Hardi Baktiantoro, di Palangka Raya, Sabtu. Diantara satwa yang diketahui mulai hilang populasinya di alam bebas itu diantaranya seperti beruang madu, tarsius sp (monyet kecil seukuran tikus), dan kukang (nycticebus coucang). Satwa-satwa yang termasuk sangat langka itu tidak pernah lagi diketahui habitat dan populasinya. Penyebab utama hilangnya habitat satwa langka itu adalah karena semakin terbukanya kawasan hutan akibat pembukaan perkebunan dan pembalakkan liar. Padahal satwa itu masuk Appendix I yang dilarang diperjualbelikan. "Satwa itu sangat langka dibandingkan orangutan Kalimantan (pongo pygmaeus), tapi hingga kini program konservasi dan penelitian tentang satwa itu masih sangat minim," ujarnya. Ia menilai, pemerintah selama ini masih berkutat untuk berupaya menjaga kawasan hutan agar tidak dirambah, sehingga penelitian satwa langka juga tidak pernah dilakukan. Hardi mengaku, program konservasi satwa membutuhkan dana yang besar dan selama ini hanya dilakukan oleh organisasi internasional yang mempunyai dukungan dana besar pula. Ia mencontohkan, belum lama ini Yayasan Reintroduksi Penyelamat Orangutan Borneo (Borneo Orangutan Survival/BOS) Nyarumenteng Palangka Raya menerima dua ekor beruang madu dari wilayah Barito. "Pada akhirnya, tidak ada lagi yang dapat kami lakukan kecuali beruang itu kami pensiunkan selamanya di kandang karena mau dilepas kemana. Sedangkan studi tentang itu juga masih belum ada, tidak seperti orangutan yang dapat direintroduksi," ujarnya. Kedua ekor beruang madu warna hitam masing-masing berkelamin jantan berumur 4 tahun dan 2,5 tahun yang merupakan binatang dilindungi Undang-Undang itu kemungkinan besar tidak akan dilepas ke alam. Saat ini dua ekor beruang madu itu ditempatkan dalam kandang terpisah ukuran tiga meter kali empat meter. Di tempat itulah keduanya mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya atau mungkin juga dikirim ke Wanariset Samboja, Kaltim, karena eksperimen pelepasan liar belum pernah dilakukan. "Selain itu, kami tidak tahu di daerah mana dan seperti apa habibat aslinya, serta berapa sisa populasi kawanan beruang madu ini di hutan Kalimantan," jelasnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007