Bandung (ANTARA News) - Bagi lifter asal Jawa Barat Tamim Prasetyo, memecahkan rekor nasional pada event Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) berkali-kali tidak  tidak lah cukup. 

Ia menantikan namanya masuk dalam daftar atlet paralimpik yang diikutsertakan dalam ajang ASEAN Para Games 2017.

Tamim yang bertanding pada cabang olahraga angkat berat kategori 49 kilogram di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat, Selasa, memecahkan rekor atas namanya sendiri dengan angkatan seberat 141kg.

Rekor sebelumnya 140kg dihasilkannya pada Papernas 2012 di Riau. Hasil angkatan tersebut juga merupakan pemecahan rekor atas namanya sendiri, 137kg pada event yang sama di Papernas Samarinda, Kalimantan Timur.   

"Kalau untuk Pelatnas, saya belum dipanggil. Saya ingin membawa nama harum Indonesia, bukan hanya untuk Jawa Barat saja," ujar dia seusai pertandingan kepada ANTARA News di Bandung, Selasa sore.

Sang pelatih, Uswadi mengatakan Tamim berpeluang 90 persen lolos masuk Pelatnas dan ikut serta dalam ASEAN Para Games.

"Targetnya untuk ASEAN Para Games. Saya berharap Tamim masuk Para Games. Peluangnya 90 persen. Mudah-mudahan tahun ini bisa masuk (pelatnas)," kata Uswadi yang menyebut atlet senior asuhannya itu rajin berlatih. 

Sekalipun belum pernah ikut kejuaraan dunia, Tamim mengaku percaya diri, karena pria berberat badan 48,64 kilogram itu sudah merebut tiga medali emas di ajang Peparnas dan memecahkan rekor nasional.

"Suatu keberuntungan. Atas doa teman-teman semua. Luar biasa. Saya ingin terus berlatih dan berlatih," katanya. 

Di Peparnas tahun ini, Tamim berhasil mengangkat beban 141 kilogram, menjadi satu-satunya atlet yang sukses pada angkatan ketiga pertandingan yang digelar di kawasan Asia Afrika itu.

"Ke depannya Insya Allah kalau ada umur panjang mau pecahkan rekor lagi, 142 kilogram lah, biar rekan-rekan lainnya tidak terlalu jauh (mengejar)," kata Tamim yang sudah setahun lamanya mempersiapkan diri untuk Peparnas itu.

Prestasi Tamim di angkat berat rupanya mengundang cobaan. Tangan kirinya pernah cedera. Beberapa kali orang meminta ia berhenti dari olahraga angkat berat.

"Banyak orang menginginkan saya untuk pindah (cabang olahraga) tetapi aku enggak ingin. Itu yang saya sukai. Walaupun kena cedera," kata dia.

Perkenalan Tamim dengan dunia angkat berat berawal dari keisengannya mengunjungi sebuah pusat kebugaran pada 2001. 

"Aku main di gym, ada orang memeragakan angkat berat, ada keinginan untuk bisa," kata dia.

Pelatih berharap Tamim tetap menjaga kondisi dan terus berlatih supaya terus menjadi juara.

"Seorang juara dilatih untuk menjadi jago di arena," kata Uswadi tentang atlet asal Indramayu itu.

"Tiga kali Peparnas dia meraih emas terus. Saya harap dia bisa menjaga kondisi," kata Uswadi.

Khusus untuk latihan, Uswadi mengatakan tak ada metode dan program yang berbeda dengan lifter normal lainnya.

Uswadi menjelaskan, latihan untuk lifter difabel sama dengan lifter biasa. "Metode dan programnya sama. Cuma dari segi kondisi dia harus benar-benar dijaga," katanya.


Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016