Bogor (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong minat peneliti muda dan mahasiswa untuk bergerak di bidang penangkaran, dalam rangka mewujudkan pelestarian satwa di alam.

"Minat peneliti muda dan juga mahasiswa perlu kita dorong agar mau bekerja di penangkaran, tidak hanya maunya turun di lapangan," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, Enny Sudarsonowati, dalam simposium internasional membahas kekayaan dan keragaman spesies vetebrata Asia (AVIS), di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.

Menurutnya, bekerja sebagai peneliti di penangkaran kurang diminati oleh peneliti muda saat ini. Karena membutuhkan dedikasi tinggi, harus rutin memeriksa kandang, mencatat perlaku satwa setiap saat.

"Menjadi peneliti di penangkaran membutuhkan dedikasi yang luar biasa, makanya jarang sekali peneliti muda yang tertarik," katanya.

Melalui simposium AVIS yang diselenggarakan LIPI melalui Pusat Penelitian Biologi bekerjasama dengan The Japan Society for Formation of Science dan Kyoto University Museum, Kyoto University, lanjut Enny, diharapkan semakin banyak peneliti muda dan mahasiswa yang mau bergerak di penangkaran.

"Peneliti yang muda-muda perlu di dorong bergerak di penangkaran, jangan mau kerjanya semaunya saja. Mau di lapangan, begitu dikasih tugas tidak bisa. Jadi, kita arahkan mereka untuk mau berkerja di penangkaran," katanya.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI, Witjacksono, ada peluang besar bagi Indonesia bila mampu memanfaatkan budidaya satwa di penangkaran.

"Sebagai contoh, kaka tua raja, harga satu ekornya mencapai US$ 50.000. jika kita mampu menangkarkannya, berapa besar potensi yang kita miliki," katanya.

Ia menyebutkan, saat ini ada sekitar 12 peneliti muda di LIPI, beberapa bekerja di penangkaran. Kendala yang dihadapi tidak banyak peneliti mau bekerja di penangkaran karena bukan pekerjaan yang mudah.

"Penangkaran satwa itu harus benar-benar ektra pengawasan, ada gagal dan errornya, misalnya dalam reproduksi, satwa tidak mau sembarangan dipasangkan, mereka harus benar-benar diamati tingkah lakuhnya. Bahkan sulit membedakan jenis kelaminnya," katanya.

Kepala Museum Zoologi LIPI, Hari Sutrisno menambahkan, perlu peran teknologi dalam memudahkan upaya penangkaran.

"Seperti mengamati perilaku satwa di kandang, perlu CCTV yang memudahkan kita mereka aktivitas, atau juga teknologi membedakan jenis kelamin burung betina dan jantan," katanya.

Sementara itu, upaya penangkaran diperlukan untuk melindungi populasi satwa di alam. Mencegah terjadi kepunahan karena penangkapan di alam. Dengan penangkaran upaya perdagangan dilakukan dari turunan satwa yang telah ditangkarkan.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016