Jakarta (ANTARA News) - Bidan yang bertugas di daerah akan dilatih melakukan deteksi dini kanker kanker leher rahim (servicks) supaya dapat menemukan kasus penyakit mematikan yang umumnya menyerang kaum perempuan itu sedini mungkin. "Kami dari lembaga profesi dan akademisi bekerja sama dengan Departemen Kesehatan akan memberikan pelatihan deteksi dini kanker serviks dengan IVA," kata DR dr Dwiana Ocvianti,Sp.O.G (K) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) di Jakarta, Rabu, pada acara peluncuran kampanye pencegahan kanker serviks yang diselenggarakan Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Pelatihan diagnostik pra kanker dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) tersebut, kata dokter yang akrab disapa Ovi itu, akan dilakukan pekan depan di enam provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Medan. Menurut Ovi, dari salah satu kabupaten di setiap provinsi tersebut akan dilatih seorang dokter dan empat bidan dan selanjutnya mereka diharapkan bisa menjadi pelatih bagi dokter dan bidan lain di wilayah provinsi tersebut. "Pelatihan itu difokuskan di daerah karena di kawasan perkotaan seperti Jakarta akses terhadap diagnosis kanker melalui papsmear sudah lebih mudah," katanya. Lebih lanjut dia menjelaskan, IVA merupakan metode deteksi atau pemindaian lesi (luka) pra kanker sederhana yang dilakukan dengan menyemprotkan asam asetat 5 persen ke permukaan leher rahim. "Metode ini sudah diakui oleh WHO dan dinilai efektif digunakan di negara berkembang karena sederhana dan murah. Sensitifitasnya lebih dari 90 persen dan spesifitasnya sekitar 40 persen," katanya. Dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, ia melanjutkan, lesi pra kanker bisa dideteksi sejak dini sehingga bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut. "Kalau dari hasil tes IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan warna dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan," paparnya. Dengan demikian, dia menambahkan, penyakit kanker yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain. Menurut Ovi, deteksi dini kanker serviks sangat perlukan untuk menekan kejadian penyakit yang setiap tahunnya menyerang 15 ribu perempuan Indonesia dan mengakibatkan delapan ribu diantaranya meninggal dunia tersebut. "Sebab hanya dengan memeriksakan diri secara rutin, dengan IVA cukup lima tahun sekali, kaum perempuan bisa mengetahui kondisi kesehatan reproduksinya dan melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang timbul sejak dini," demikian Ovi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007