Jakarta (ANTARA News) - Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan (Ka Dislitbangau) Marsekal Pertama Nasionalis Suprodjo mengemukakan, pihaknya menyiapkan 11 prototipe komponen senjata pada Tahun Anggaran (TA) 2007. Ke-11 prototipe itu antara lain, bom jenis OFAB 100 untuk pesawat Sukhoi, power supply untuk radar Thompson CSF, sistem audio dan oksigen adaptor Sukhoi, katanya, dalam paparannya kepada Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Herman Prayitno di Bandung, Rabu. "Selain itu, kita juga akan membuat adaptor rack persenjataan AIM-9 pada Sukhoi sampai uji dinamis, automatic Drag Chute Folder pesawat Sukhoi dan Alins alat kemudi payung udara personel," kata Suprodjo. Ia mengemukakan, sejak 1964 hingga 2006 Dislitbangau telah menghasilkan produk unggulan seperti roket Kartika, roket Prima I, II,III, dan roket prima IV/Widya , hovercraft, bom opalm, Bom BT 250, liquid smoke trail dan RPV. Meski telah menghasilkan sejumlah produk yang diproduksi massal melalui beberapa mitra seperti PT Pindad, PT Bharata dan PT Bhahana, Dislitbangau masih mengalami keterbatasan sarana dan prasarana yang mendukung litbang. Tidak itu saja, tambah Suprodjo, hingga kini belum ada tindaklanjut terhadap produk-produk litbang untuk diproduksi massal dalam rangka mendukung kemandirian bidang materiil serta belum efektifnya koordinasi antar-komunitas Litbang dan perbedaan orientasi dalam menyikapi litbang pertahanan, khususnya dalam hal pendanaan. Kasau Marsekal Herman Prayitno mengatakan, selain menjalankan program kerja pengembangan yang telah disusun, ke depan Dislitbangau diharapkan dapat menghasilkan produk sistem pemeliharaan peralatan senjata yang dimiliki TNI AU. Misalnya, tambah dia, parasut untuk Sukhoi dan adaptor rack persenjataan AIM-9 untuk Sukhoi, helm, bom OFAB-100 serta roket kursi lontar yang kini masih sulit diadakan sendiri. Menanggapi itu Direktur Utama PT Pindad mengatakan pihaknya masih terkendala terbatasnya dana untuk menghasilkan produk yang dikeluarkan Dislitbangau sebagai produk massal. "Sampai saat ini, memang belum banyak produk yang dihasilkan Dislitbang AU kami jadikan sebagai produk massal salah satunya karena pengadaannya menggunakan anggaran dalam bentuk kredit ekspor," katanya. Jadi, tambah Budi, jika pengadaannya dapat dilakukan dengan menggunakan rupiah maka akan lebih mudah bagi PT Pindad untuk menghasilkan produk hasil Dislitbang TNI AU sebagai produk massal.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007