Wellington (ANTARA News) - Bank sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), pada Kamis memangkas 25 basis poin suku bunga acuan, membawanya ke rekor terendah 1,75 persen, mengutip meningkatnya ketidakpastian politik, volatilitas pasar dan ekonomi global yang lemah.

RBNZ mengatakan akan mempertahankan kebijakan moneter akomodatif, namun proyeksi dan asumsinya saat ini menunjukkan pemotongan suku bunga acuan, official cash rate (OCR), dan pengaturan kebijakan lainnya akan melihat pertumbuhan cukup kuat untuk memiliki inflasi mendekati posisi tengah kisaran target antara satu hingga tiga persen.

"Surplus kapasitas signifikan ada di seluruh ekonomi global, meskipun indikator-indikator ekonomi terus membaik di beberapa negara. Inflasi global masih lemah meskipun harga komoditas telah bangkit dari posisi terendah mereka. Ketidakpastian politik tetap tinggi dan volatilitas pasar meningkat," kata Gubernur RBNZ Graeme Wheeler.

Nilai tukar tetap lebih tinggi daripada yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan, bersama-sama dengan inflasi global yang rendah, terus menghasilkan inflasi negatif di sektor tradable (sektor penghasil barang).

"Penurunan nilai tukar dibutuhkan," kata Wheeler.

"Pertumbuhan domestik sedang didukung oleh pertumbuhan penduduk yang kuat, kegiatan konstruksi, pariwisata, dan kebijakan moneter akomodatif," katanya, menambahkan bahwa imigrasi bersih yang tinggi mendukung pertumbuhan pasokan tenaga kerja dan membatasi tekanan upah.

Inflasi harga rumah tetap "berlebihan" dan "berpose mengkhawatirkan stabilitas keuangan."

Inflasi terus berjalan di bawah kisaran target dengan inflasi tradables berlangsung negatif.

Inflasi IHK tahunan 0,4 persen tergolong lemah pada kuartal September, namun diperkirakan meningkat dari kuartal Desember, mencerminkan kebijakan stimulus hingga saat ini, kekuatan ekonomi domestik dan pengurangan hambatan dari inflasi tradables.

"Tetap banyak ketidakpastian, terutama sehubungan dengan wawasan internasional, dan kebijakan mungkin perlu menyesuaikan."

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016