Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) Universitas Surabaya (Ubaya), Purnomo Kristanto, berhasil menggagas 'software' untuk pengalihan otomatis dari "gangguan" iklan saat menonton televisi. "Kreasi itu berawal dari keinginan saya untuk menikmati acara televisi tanpa terganggu tayangan iklan. Karena itu, saya menciptakan software pengalih iklan otomatis dengan menggunakan 'image processing'," ujarnya di Surabaya, Rabu (18/4). Ia mengaku tidak ada pretensi apa pun saat merancang 'software' itu, seperti "membunuh" pengusaha iklan, melainkan hanya sekedar bagaimana agar pemirsa merasa nyaman dan tidak terganggu iklan saat sedang asyik. "Karena bagi sebagian orang, keberadaan iklan di sela-sela acara TV dianggap mengganggu kenikmatan dalam menonton TV, apalagi iklan yang ditayangkan terkadang juga menonjolkan kesan negatif, karena tak memperhatikan etika, norma kesopanan, dan moral," ujarnya. Oleh karena itu, kata cowok kelahiran Surabaya pada 12 September 1984 itu, dirinya membuat sebuah sistem yang dapat mengenali penayangan iklan di sela-sela acara TV. "Saya mengawali rancangan dengan melakukan upaya pengenalan gambar-gambar yang muncul di layar televisi," ucap Purnomo, yang mendapatkan nilai AB untuk ciptaannya sebagai Tugas Akhir (TA) itu. Dari hasil pengenalan gambar-gambar yang muncul di layar televisi itu, katanya, dia menemukan bahwa logo dari stasiun televisi dapat dikenali untuk membedakan apakah stasiun televisi itu sedang menyiarkan iklan atau menayangkan sebuah acara. "Untuk itulah, saya akhirnya mencoba menggunakan parameter logo dari stasiun televisi untuk membuat program pengalih iklan secara otomatis pada acara televisi," katanya. Menurut dia, saat tayangan acara berlangsung, maka logo berwarna biru lebih dominan dan pada saat tayangan iklan logo berwarna berubah transparan. "Dari perubahan logo pada stasiun televisi itu, lalu saya melakukan analisa dengan menggunakan teknik 'image processing' dan metode tambahan secara statistik untuk melakukan pemrosesan data," ujarnya. Keseluruhan proses analisa dan pengolahan data itu, katanya, akhirnya dibuat dalam bentuk program (software) yang menggunakan bahasa pemrograman Visual C++. "Data hasil proses itu digunakan untuk membedakan antara tayangan iklan dengan tayangan acara. Hasilnya, saat program mendeteksi adanya penayangan iklan di sela-sela acara, maka program mengirimkan perintah pengalihan," katanya. Perintah pengalihan itu, katanya, dikirimkan kepada perangkat keras dan rangkaian antarmuka (interfacing) remote televisi dengan menggunakan 'parallel port', untuk melakukan pergantian 'channel' (saluran televisi) secara otomatis. Caranya, software buatannya itu harus dihubungkan secara paralel dengan komputer atau laptop. Karena itu, di samping televisi memang harus ada komputer atau laptop agar televisi bisa mendeteksi tayangannya berupa acara atau iklan. "Ke depan, saya yakin software itu dapat dimasukkan atau ditambahkan ke dalam pesawat televisi melalui 'IC', sehingga televisi bisa bekerja otomatis untuk mendeteksi tayangan iklan atau bukan," katanya. Purnomo juga melakukan analisa terhadap tayangan acara TV yang memiliki resolusi 320 x 240 pixel dalam format warna RGB (Red Green Blue) untuk menemukan faktor pembeda antara tayangan iklan dan tayangan acara dari warna logo stasiun televisi. "Tiap kali terjadi pergantian tayangan baik dari acara ke iklan ataupun dari iklan ke acara, dapat dipastikan nilai `RGB` pada logo stasiun televisi itu juga akan berubah," ucapnya. Analisis yang dilakukan Purnomo adalah melakukan proses pengolahan data berupa nilai `RGB` pada titik-titik tertentu yang terletak di logo stasiun televisi untuk mendapatkan parameter baru (hue), kemudian nilai hue akan diolah secara statistik untuk mendapatkan pola yang jelas yang membedakan tayangan iklan dengan tayangan acara. "Hasilnya, sistem pengalihan iklan secara keseluruhan berhasil dalam membedakan antara tayangan iklan dengan tayangan acara pada stasiun televisi dengan `error` yang cukup kecil sekitar 4 kali dan `delay` yang mendekati satu detik untuk melakukan proses pemindahan saluran (channel) TV secara otomatis tanpa ada `error`," katanya. Munculnya 'error' atau kesalahan dalam membedakan antara tayangan iklan dengan acara, katanya, disebabkan tidak tetapnya letak dari logo stasiun TV, dan adanya gangguan dari luar seperti letak antena penerima dan letak geografis ruangan uji, sedang `delay` (perlambatan) disebabkan alat TV tuner itu sendiri dan lamanya proses eksekusi program. "Beberapa kekurangan saat ini akan terus kami perbaiki, terutama berkait dengan rencana penyusunan tesis di NTU (Nanyang Technological University, Singapura)," tutur anak pertama dari dua bersaudara yang hobi belajar dan membaca itu. (*)

Pewarta: Oleh Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2007