Jakarta (ANTARA News) - Kekerasan di dunia maya sering kali tidak sadar dilakukan para pengguna media sosial.

Praktisi media sosial independen, Enda Nasution, menyatakan, apa yang terjadi di dunia maya berupa makian, ejekan, kata-kata kasar, sindiran, yang marak ditemukan di lini masa, disebut pelecehan dunia maya atau cyberharrasment.

Sementara itu, bentuk komunikasi di dunia maya yang dengan sengaja bermaksud untuk mengintimidasi, mendiskreditkan, mepermalukan, merendahkan individu atau kelompok tertentu yang dilakukan berulang kali disebut perundungan di dunia maya atau cyberbullying.

“Di dalam cyberbullying ini bisa berupa cyberharrasment, stalking, trolling dan lainnya,” kata dia, dalam pesan singkat kepada ANTARA News, Senin (28/11). Menurut dia, lebih sering terjadi pelecehan di dunia maya ketimbang perundungan. 

Nasution menjelaskan tanpa perlu ada dampak di kehidupan nyata, bila sudah mendapatkan perlakuan seperti yang disebut di atas di dunia maya, itu dapat disebut mengalami perundungan di dunia maya

Peristiwa terbaru yang melibatkan kata-kata kasar di dunia maya sebagaimana terjadi pada KH Mustofa Bisri, atau yang akrab disapa Gus Mus, di Twitter.

Saat itu, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Rembang, Jawa Tengah, itu berkomentar mengenai rencana sholat Jumat, di jalan-jalan raya Jakarta, pada 2 Desember mendatang.

Akun @gusmusgusmu mengatakan, di antaranya: "Aku dengar kabar di ibu kota akan ada Jumatan di jalan raya. Mudah2an tidak benar. Kalau benar, wah dalam sejarah Islam sejak zaman Rasulullah SAW baru kali ini ada BIDAH sedemikian besar. Dunia Islam pasti heran."

Akun @panduwijaya_ menanggapi cuitan itu dan melontarkan kata kasar di bagian akhir, “Dulu gak ada aspal gus di padang pasir, wahyu pertama tentang shalat jumat juga saat Rasulullah hijrah ke madinah. Bidah Ndasmu!”.

Pandu mendapat respon dari netizen yang mengecam kata-katanya itu. Gus Mus lalu menulis cuitan yang menyatakan maklum terhadap cuitan tersebut karena pengguna masih muda.

Ia menyatakan, para atasan tidak perlu memecat Pandu dari tempat kerjanya karena yang bersangkutan sudah menyesal dan meminta maaf.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016