Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menyatakan, kedatangan delegasi Parlemen Israel dalam sidang Inter Parliamentary Union (IPU) di Bali pada 29 April hingga 4 Mei mendatang akan menambah beban bagi Indonesia. "Kedatangan delegasi Parlemen Israel secara politis bukan tanggung jawab Indonesia. Tapi karena Israel adalah negara yang menjadi sorotan dunia, maka akan menambah beban Indonesia, terutama beban secara psikopolitis," kata Hasyim di Jakarta, Senin. Hasyim mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan wartawan usai menerima Duta Besar Prancis untuk Indonesia Catherine Boivineau di Kantor PBNU. Menurut Hasyim, sebagai negara yang kerap bermasalah dengan negara lain, terutama dengan negara-negara Islam, kedatangan Parlemen Israel ke Indonesia pasti akan banyak tantangan dari masyarakat. Setidaknya, katanya, pemerintah Indonesia harus memberikan jaminan atas keselamatan delegasi parlemen negara Zionis itu. "Kemungkinan diributi itu besar sekali. Nah, kalau delegasi Israel itu diributi maka yang kena jeleknya adalah Indonesia sendiri," katanya. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terhadap delegasi Parlemen Israel itu, Hasyim berharap pemerintah Indonesia bisa tegas. "Mahmoud Ahmadinejad (Presiden Iran) batal hadir di sidang DK PBB karena Amerika Serikat tidak mengeluarkan visanya. Nah, Indonesia berani nggak seperti itu," katanya. Namun demikian, Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu menyangsikan pemerintah Indonesia bisa bersikap tegas untuk tidak menerbitkan visa bagi delegasi Israel. "Ada tekanan atau tidak ada tekanan, pemerintah Indonesia sudah pasti tidak berani," kata doktor kehormatan bidang peradaban Islam tersebut. Pada bagian lain Hasyim berharap sidang IPU ke-116 yang bakal diikuti 148 negara itu mampu menghasilkan sesuatu yang berharga terhadap upaya mewujudkan perdamaian dunia, terutama bagi upaya pembelaan terhadap keadilan di dunia. "Semoga saja forum parlemen itu mampu membela keadilan dunia. Bukan membenarkan yang kuat, tapi memperkuat yang benar," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007