New York (ANTARA News) - Masjid Indonesia di New York, Al-Hikmah, mengadakan serangkaian kegiatan dialog antaragama, termasuk pada Minggu petang, yang mengundang puluhan pengikut Yahudi dan Kristen. Kegiatan tersebut antara lain diisi dengan pemaparan soal agama Islam oleh Imam Syamsi Ali, agama Kristen oleh Pendeta Arthur Caliandro dari Marble Church-New York serta agama Yahudi oleh Pendeta Jeffrey Saxe dari Gereja Yahudi Central Synagogue-New York, dan kemudian diikuti dengan dialog yang dihadiri oleh ratusan pengikut ketiga agama. Menurut Syamsi Ali, pemuka Islam terkemuka di New York yang juga Ketua Dewan Masjid Al Hikmah, kepada ANTARA, dialog antara pemimpin dan pengikut tiga agama tersebut ditujukan untuk menjalin hubungan yang harmonis, saling memahami dan menghormati. "Sama sekali tidak kita maksudkan untuk mengubah akidah atau keyakinan seseorang, karena itu bukan hak kita. Tapi kita berkewajiban untuk memberi tahu kepada `tetangga` kita tentang siapa kita sesungguhnya," ujarnya. Menurut Syamsi, dialog yang dijalankan Masjid Al Hikmah merupakan wujud dari komitmen masyarakat Muslim di Amerika, khususnya masyarakat Muslim Indonesia, untuk membangun hubungan yang harmonis dengan pemeluk agama lain di belahan New York. "Saya yakin, apa yang kita lakukan di New York ini bisa menjadi contoh yang baik di berbagai belahan dunia, termasuk negara kita," ujarnya. Acara dialog itu juga dihadiri oleh Konjen RI untuk New York, Trie Edi Mulyani, serta Wakil Tetap RI untuk PBB, Rezlan Ishar Jenie. Dalam sambutannya, Trie menekakan bahwa Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar dan moderat yang mengakui keberadaan agama-agama lainnya di dalam negeri, seperti Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Dengan latar belakang seperti itu, Indonesia sangat berkepentingan untuk memajukan dialog guna menjamin kerukunan dan rasa aman bagi semua warganya. "Sejak lama Indonesia telah memahami bahwa pertikaian dan perbedaan pandangan di antara kelompok dan individu dapat diselesaikan secara damai melalui dialog," ujarnya. Dialog Dialog segitiga itu ditutup dengan makan bersama di lantai bawah masjid, tempat makanan halal berupa masakan Indonesia dan Yahudi dihidangkan. Pendeta Arthur Caliandro kepada ANTARA menyatakan dirinya sangat terkesan dengan dialog yang terjalin serta keramahtamahan masyarakat Muslim yang menjadi tuan rumah pertemuan di Masjid Al Hikmah. "Mereka sangat hangat dan ramah. Dan dialog dengan Imam (Syamsi Ali) dan Rabbi (Pendeta Jeffrey Saxe) adalah hal yang paling menarik karena pemikiran mereka sangat terbuka, mencari hal-hal yang berkaitan satu dengan lainnya," ujar Caliandro. Pendeta Jeffrey Saxe menyatakan hal yang sama, bahwa dialog berjalan secara menarik, menyenangkan dan mendorong upaya membangun saling pengertian. Menurutnya, salah satu pertanyaan paling sulit yang ia terima dalam dialog adalah tentang apa sebenarnya agama Yahudi dan bagaimana seseorang yang tidak memiliki keyakinan bisa memilih agama Yahudi atau agama-agama lainnya. "Itu pertanyaan yang sulit, tapi saya senang bisa mencoba untuk menjawab," ujarnya. Secara umum, seperti yang disampaikan Syamsi, dialog yang bertema "Bagaimana Pengaruh Iman dalam Kehidupan Sehari-hari" itu, menunjukkan berbagai persamaan, antara lain bahwa kehidupan dunia saat ini sudah sangat materialistis sehingga masalah kerohanian dianggap tidak penting lagi. "Ketiga agama ini menekankan kehidupan yang seimbang, material dan rohani. Masing-masing juga melihat pentingnya mengurangi kecurigaan tentang orang lain, dan itu bisa kita lakukan dengan keinginan saling memahami, saling mengetahui siapa kita," kata Syamsi Ketiga pemimpin agama, Imam Syamsi Ali, Pendeta Arthur Caliandro dan Rabbi Jeffry Saxe secara terpisah menyatakan perlunya dialog segitiga terus berlanjut, termasuk dengan menggalang proyek kerjasama bagi kemanusiaan. Syamsi mengatakan program dialog antar agama sebelumnya telah dijalankan masyarakat Muslim dengan menghadiri undangan dialog di gereja dan Sinagog Yahudi. Selanjutnya, menurut Syamsi, komunitas Muslim Indonesia dan Amerika pada Juni nanti dijadwalkan mendatangi serta bersilahturahmi dengan masyarakat gereja sementara pada Agustus dijadwalkan melakukan hal yang sama terhadap sinagog Yahudi. "Dan setelah itu, mungkin nanti pada saat Ramadhan mereka akan ke sini lagi (Masjid Al Hikmah, red)," kata Syamsi. Pendeta Arthur Caliandro, sementara itu, mengatakan pihaknya -- Gereja Marble di kota New York -- berencana menjadi tuan rumah dialog Islam-Kristen-Yahudi bersamaan dengan perayaan Thanksgiving pada minggu ke-tiga bulan November 2007. Ia memperkirakan acara tersebut akan dihadiri oleh setidaknya 1.000 orang jamaah gereja dan sekitar 300-400 orang tamu dari kalangan muslim dan Yahudi. Acara akan diisi dengan ceramah oleh pemimpin Kristen, Islam dan Yahudi dan ditutup dengan makan siang. "Kami akan mencoba memberikan keramahtamahan seperti yang kami rasakan saat ini (di Masjid Al Hikmah, red)," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007