Jakarta (ANTARA News) - PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) menargetkan selama semester I 2007 akan ada 8 perusahaan baru (emiten) yang listing di bursa. Sampai dengan akhir April 2007 ini, lima perusahaan sudah menandatangani kontrak pendahuluan. "Saat ini baru lima yang masuk bursa. Diharapkan ada beberapa lagi yang segera masuk, sehingga jumlahnya akan mencapai sekitar 8-10 perusahaan selama semester satu ini," kata Direktur BEJ, Erry Firmansyah, akhir pekan lalu, di Jakarta. Erry menyebutkan kelima perusahaan itu adalah PT Perdana Karya Tbk, PT Media Nusantara Citra, PT Bisi International (anak perusahaan Charoen Pokphand), PT Panorama Transportasi, dan PT Sampoerna Agro. Menurut Erry, lambatnya emiten masuk bursa pada awal tahun ini disebabkan karena perusahaan tersebut menggunakan laporan keuangan per Desember 2006. Selain itu menyangkut kesiapan emiten serta "underwritter" (penjamin emisi)-nya. Namun, ia memperkirakan pada semester II 2007 akan lebih banyak lagi perusahaan yang go publik. "Di semester dua mungkin akan cukup banyak," tambahnya. Menurut Erry, seharusnya dengan kondisi pasar yang membaik saat ini, jumlah emiten bertambah. Hal ini dikarenakan waktu untuk masuk ke pasar sangat baik. "Estimasi saya, kalau bisa tumbuh 10-15 persen sudah sangat bagus, kita sudah ke arah sana," ujarnya. Sementara itu transaksi harian di BEJ, katanya, terus meningkat. Pada bulan April saja, rata-rata transaksi harian mencapai Rp3,5 triliun. "Kalau rata-rata, dari bulan Januari sampai April transaksi harian mencapai Rp2,8 triliun," tegasnya. Erry melihat, kendala yang terjadi di pasar modal adalah pemahaman pasar masih kurang dan adanya keengganan berbagi dengan masyarakat. "Yang utama sebenarnya masalah klasik, pembukuannya, ujung-ujungnya berkaitan dengan pembayaran pajak. Itu fakta, kita kemarin baru dari Medan, ke calon emiten, pengusaha besar, problemnya adalah bagaimana menyiasati problem itu," tambahnya. Saat ini lanjut Erry, BEJ dan Bapepam-LK sedang berjuang untuk memberikan "tax incentive" yang berbeda antara perusahaan publik dan non publik, seperti di Thailand . Erry mengatakan, penambahan emiten baru sangat diperlukan. Jika pertumbuhan indeks tak ditopang tambahan emiten baru, maka pasar kita jadi tidak menarik karena pasar di Indonesia menjadi mahal. "Sedang kita usahakan bagaimana menambah supply (emiten) baru," tuturnya. Dihubungi terpisah, pengamat pasar modal Edwin Sinaga menyayangkan tidak adanya perusahaan yang listing di BEJ pada kuartal I tahun ini. Dia berharap manajemen BEJ bisa merealisasikan targetnya pada semester satu ini sebanyak delapan emiten. "Saya agak menyayangkan, ditengah kondisi yang sangat kondusif ini, tidak ada emiten yang listing di bursa. Kita berharap sampai akhir semester satu ini, ada emiten baru yang masuk bursa," ujarnya. Menurut Edwin, seringnya manajemen BEJ tidak mencapai target dalam mengusahan emiten baru, karena kurangnya sosialisasi dan pendekatan terhadap perusahaan-perusahaan. "Kalau dari sisi pemerintah target privatisasi yang molor," tambahnya. Edwin mengatakan, target emiten yang tidak tercapai itu masih bisa ditolong oleh nilai transaksi harian yang selalu melampaui target. "Setidaknya ada satu target yang bisa tercapai," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007