Kuala Lumpur (ANTARA News) - Warga Negara Indonesia (WNI) di Malaysia peminat literasi yang tergabung dalam Sahabat Pena Nusantara (SPN) Cabang Malaysia meluncurkan buku "Orang Indonesia Kok Dilawan" di Grapari Telkomsel Chow Kit, Minggu.

Peluncuran buku yang ditulis 19 orang dengan latar belakang profesi yang beragam ini dirangkaikan dengan workshop hypnoteaching bagi TKI dan Umum yang disampaikan oleh pakar hypnoteaching yang juga Direktur Pascasarjana Universitas Islam Raden Rahmat Dr. H.M. Taufiqi, S.P., M.Pd.

Turut hadir pada acara yang dirangkaikan dengan Bazar Makanan Indonesia tersebut CEO Telin Indonesia Oki Wiranto, pengurus SPN Pusat yang tinggal di Kuala Lumpur Rita Audriyanti Kunrat, dan sejumlah penulis, di antaranya guru Sekolah Indonesia di Kuala Lumpur (SIKL) Armando Harahap dan Darma Kalbar.

Menurut penyunting buku M. Husnaini, buku "Orang Indonesia Kok Dilawan" merupakan hasil dari pelatihan menulis yang menghadirkan dirinya dengan peserta terdiri atas dosen, guru, mahasiswa S-2, Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan ibu rumah tangga yang ada di Kuala Lumpur.

"Buku ini bercerita tentang ketangguhan hingga kengawuran bangsa kita di Malaysia. Bukan bangga dengan kebodohan dan kelemahan diri, melainkan dunia harus tahu bahwa bangsa Indonesia mampu eksis dalam segala keterbatasan," kata Rita Audriyanti Kunrat.

Di antara cerita dalam buku ini, seperti keluguan orang Madura yang lepas dari razia polisi Malaysia, TKI di Malaysia yang tiba-tiba nekat kuliah hingga mengantongi gelar sarjana, perbedaan perlakuan terhadap dosen Indonesia, dan "culture shock" WNI asal Aceh yang menikah dengan warga Malaysia.

Dalam buku itu, juga memuat perspektif warga Malaysia tentang Indonesia yang ditulis Siti Khadijah binti Ibrahim, ibu lima putra putri yang aktif mengelola tadika atau prasekolah di Kuala Lumpur yang juga meniti karier di maskapai penerbangan Malaysia Airlines (MAS).

Siti Khadijah dalam tulisannya mengatakan bahwa dirinya pertama kali mengenal Indonesia pada umur 13 tahun ketika sekolah menengah rendah (SMR). Saat sekolah tersebut, dirinya banyak dikenalkan dengan bacaan-bacaan berbahasa Indonesia.

"Sejak umur belasan tahun, kami sudah mengenali siapa Chairil Anwar. Penulis-penulis lama Indonesia tidak asing lagi bagi kami, seperti Hamka, Marah Rusli, dan Pramoedya Ananto Toer," katanya.


Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017