Kyoto (ANTARA News) - Para Menteri Keuangan dari Jepang, Cina dan Korea Selatan (Korsel) menetapkan mengadakan pembicaraan Jumat di Kyoto guna membicarakan berbagai masalah ekonomi regional, serta kerjasama finansial. Pertemuan tahunan itu akan dihadiri oleh Menteri Keuangan Jepang Koji Omi, Menteri Keuangan Cina Jin Renqing, dan Menteri Keuangan Korsel, Kwon O Kyu. Sementara Jin Renqing yang akan memimpin pertemuan itu. Pertemuan tersebut, merupakan yang ke tujuh yang diadakan bertepatan dengan pertemuan tahunan dua hari Bank Pembangunan Asia (ADB-Asian Development Bank) yang akan di buka di Kyoto pada hari Minggu (6/5). Selama pertemuan itu, para menteri dari tiga negara di kawasan Asia Timur tersebut diperkirakan akan menyatukan pandangan mereka sebelum pertemuan hari Minggu dengan rekan-rekan mereka dari 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang kini dikenal dengan pertemuan ASEAn-plus tiga menteri keuangan dari tiga negara Asia Timur itu. Para Menteri Keuangan dari 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) plus Jepang, Cina dan Korea Selatan itu diperkirakan akan membicarakan berbagai langkah meningkatkan kerjasama finansial termasuk peluncuran kesepakatan `currency swap` multilateral. Selama pertemuan satu hari di ibukota Jepang yang lama, para menteri keuangan ASEAN plus Jepang, Cina dan Korea Selatan itu diperkirakan akan menyepakati mengenai suatu skema untuk pengumpulan dana dari cadangan luar negeri mereka sebagai bagian dari upaya untuk merubah jaringan regional saat ini mengenai `currency swap` bilateral senilai hampir 80 miliar dolar ke dalam suatu kerangka kerja multilateral, para pejabat Jepang mengatakan. Kesepakatan `currency swap` bilateral saat ini, dikenal sebagai `Chiang Mai Initiative`, telah diperkenalkan pada 2000 dalam upaya mencegah terulangnya kembali krisis finansial Asia pada 1997-1998. Berdasarkan inisiatif tersebut, bank-bank sentral dari negara-negara peserta diijinkan untuk `swap foreign exchange reserve` guna mengatasi serangan spekulasi pada mata-mata uang mereka. Sebanyak 13 negara sepakat pada Mei 2006 pada pertemuan para menteri keuangan di Hyderabad, India, untuk membentuk suatu gugus tugas guna melakukan studi kelayakan perbaikan jaringan `currency swap` bilateral saat ini menjadi suatu kerangka kerja multilateral untuk memberikan perlindungan lebih baik pertumbuhan cepat ekonomi Asia dari kemungkinan pergolakan mata uang, kata para pejabat itu. Pertemuan itu dijadwalkan di adakan di sela-sela pertemuan tahunan dua hari Bank Pembangunan Asia (ADB) yang dimulai Minggu mendatang. Para Menteri Keuangan dari 13 negara Asia kemungkinan juga akan membicarakan berbagai langkah untuk melakukan efisiensi dan pasar-pasar obligasi di Asia lebih likuid, dengan maksud mendorong pengaliran simpanan di sektor-sektor swasta memasuki pasar. Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) terdiri atas Indonesia, Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007