Baghdad (ANTARA News) - Seorang pembom bunuhdiri menewaskan 15 orang, sebagian besar calon polisi, di luar sebuah markas tentara Irak di barat Baghdad Sabtu, dalam serangan baru atas para sukarelawan bagi pasukan keamanan setempat yang dilatih-AS. Sumber polisi dan tentara mengatakan pembom tersebut meledakkan rompinya yang dimuati-bom dalam antrian calon yang berbaris untuk pekerjaan itu di dekat penjara Abu Ghraib, 30 Km sebelah barat ibukota. "Pembom itu masuk dalam antrian dan meledakkan dirinya," kata sumber tentara, seperti dilaporkan Reuters. Polisi mengatakan ledakan itu menewaskan 15 orang dan melukai 22 orang yang lain. Sebagian besar dari korban adalah calon. Pembom acapkali menyerang pusat perekrutan polisi dan tentara, yang penting untuk membantu membangun pasukan keamanan Irak dan dengan begitu meratakan jalan bagi penarikan pada akhirnya 150.000 tentara AS yang dikerahkan di Irak. Bulan lalu, seorang wanita pembom bunuh diri menewaskan 17 calon polisi Irak di kota Muqdadiya, di timurlaut Baghdad. Tindakan tegas keamanan dukungan-AS telah mengurangi jumlah pembunuhan sektarian di ibukota, tapi gerilyawan meningkatkan serangan di daerah sekitar ibukota, tempat komandan AS memperkirakan gerilyawan telah menyusun diri kembali. Presiden AS George W. Bush, yang mendapat tekanan dari oposisi Demokrat untuk menetapkan tenggat waktu bagi penarikan tentara AS dari Irak, mengatakan pasukan AS akan meninggalkan Irak ketika tentara Irak dapat mengambilalih keamanan dalam perang terhadap regu kematian dan gerilyawan yang telah melemparkan negara itu mendekati perang saudara habis-habisan. Perjuangan kekuasaan Perdana Menteri Nuri al-Maliki yang orang Syiah mengatakan pasukannya akan siap untuk menguasai 18 provinsi Irak pada akhir tahun ini. Menurut rencana Baghdad, yang dianggap sebagai rencana paling akhir untuk mengamankan Irak, Bush akan mengirim tambahan 30.000 tentara sebagian besar ke ibukota dan Anbar, pusat perlawanan gerilyawan Arab Sunni. Penjara Abu Ghraib terletak tepat di luar Baghdad, di Anbar. Penjara itu memperoleh keterkenalan dunia setelah skandal penyiksaan tawanan 2004 yang melibatkan tentara AS. Al Qaida di Irak telah terlibat dalam perjuangan sengit kekuasaan dengan suku Sunni setempat di Anbar dan meningkatkan serangan setelah anggota suku mulai merekrut warga setempat dalam serangan yang didukung-AS untuk mengusir kelompok Sunni garis keras dari provinsi itu. Awal pekan ini, militer AS membunuh Muharib Abdul Latief al-Jubori, yang mereka identifikasi sebagai "menteri senior infomasi" al Qaida di Irak, dan rekan senior al Qaida lainnya dalam satu operasi di utara Baghdad. Bush dan komandan militer AS di Irak, Jenderal David Petraeus, menyebut Al-Qaida sebagai "musuh nomer satu rakyat" di Irak. Pada Jumat, al Qaida di Irak mengeluarkan rekaman video yang diakui dari pemimpinnya, Abu Ayyub al-Masri, yang kementerian dalam negeri Irak katakan tewas dalam pertempuran dengan rekan gerilyawannya pekan ini. Kebenaran rekaman itu, yang disiarkan di sebuah situs Internet yang digunakan oleh gerilyawan Islam, tidak dapat dipastikan dan belum diketahui kapan video itu direkam. Dalam rekaman berdurasi 21 menit itu, Masri mengatakan laporan mengenai pertempuran antaranggota kelompok itu "bohong dan dibikin-bikin" serta mengecam Partai Islam Irak, partai terbesar Sunni di parlemen yang dipimpin oleh Wakil Presiden Tareq al-Hashemi, karena berpartisipasi dalam pemerintah yang dipimpin-Syiah. (*)

Copyright © ANTARA 2007