Jakarta (ANTARA News) - Gerakan Pemuda (GP) Ansor menyatakan kecewa dan menyesalkan keputusan Presiden yang mencopot Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal [PDT] Saifullah Yusuf dari kabinet. "Alasan pencopotan itu tidak berdasarkan ukuran kinerja, profesionalitas dan tolok ukur yang jelas. Pencopotan itu lebih didasarkan pada tekanan politik semata," kata kata Sekjen GP Ansor A Malik Haramain, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, keprihatinan itu muncul karena pencopotan Saifullah Yusuf tidak mempertimbangkan bahwa dia juga representasi PPP. Harusnya dipertimbangkan juga dong menteri-menteri yang sakit, seperti Menag Maftuh Basuni, Menhan Juwono Soedarsono, Mendagri Ma`ruf. Demikian pula dengan menteri bermasalah, Aburizal Bakrie dengan Lapindonya. Yang jelas, kata Malik, kalau hanya berdasarkan tekanan politik, ini merupakan preseden buruk buat pemimpin berikutnya. Karena itu, Ansor akan berpikir ulang untuk mengkaji sikap akomodatifnya kepada pemerintahan SBY-JK. "Tentu tidak tertutup kemungkinan akan bergabung dengan kalangan oposisi," katanya. Bahkan Ansor akan mengkritisi setiap langkah kebijakan SBY-JK, kata Malik, terutama yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Hal ini akan lebih mendekatkan Ansor dengan rakyat kecil dan masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Padahal, kata Malik, kalau mau jujur harusnya SBY mempertimbangkan bagaimana Meneg PAN memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Meneg PDT yang punya kinerja baik. Di sisi lain, sejak Desember 2006, Presiden SBY mengeluarkan pepres yang memberi kewenangan tambahan pada Kemeneg PDT. Itu menunjukkan PDT benar-benar serius bekerja. Tidak tanggung-tanggung, MURI juga memberikan penghargaan kepada Saifulah Yusuf atas dedikasinya kepada rakyat, karena selama 2,5 tahun memimpin dia termasuk pejabat yang paling banyak berkunjung ke daerah [200 kabupaten]. Gelombang kekecewan juga datang dari berbagai daerah, Ketua PW Ansor Jawa Barat, Komarudin Taher yang mengaku menyayangkan sikap SBY yang mereshuffle Ketua umum Ansor Saifullah Yusuf dengan pertimbangan yang tidak jelas. Padahal kader terbaik Ansor itu telah menunjukkan sikap kerja keras dan prestasi tinggi selama mengabdi 2,5 tahun. Harusnya SBY melihat dia juga representasi PPP, katanya. Hal yang sama juga diungkapkan Ketua PW Ansor DKI Jakarta, Zainal. Pihaknya mengaku tak bisa membendung rasa kecewa yang mendalam terhadap pencopotan Ketua umum GP Ansor itu. Karena itu, Ansor akan menjaga jarak dengan SBY-JK guna menyikapi pencopotan yang tidak obyektif tersebut.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007