Jakarta (ANTARA)- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi, merosot tajam 23 poin menjadi Rp8.910/8.915 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp8.887/8.894 per dolar AS. Analis Valas PT Bank Saudara, Yusuf, di Jakarta, mengatakan para pelaku pasar menjual rupiah untuk membeli dolar AS setelah pekan lalu menguat hingga berada dibawah level Rp9.000 per dolar AS. Aksi lepas rupiah membuat mata uang lokal itu terpuruk hingga kembali mendekati level Rp9.000 per dolar AS, ucapnya. Tekanan terhadap rupiah, menurutnya, selain aksi pelaku lokal yang mencari untung juga ditambah dengan melemahnya pasar saham Asia. "Penurunan rupiah ini juga karena masuknya Bank Indonesia (BI) di Pasar uang yang terus memantau mata uang lokal itu untuk segera kembali ke level Rp9.000 per dolar AS," katanya. BI diperkirakan akan terus berada di pasar untuk memastikan bahwa rupiah tidak akan bergejolak terlalu dalam. BI di pasar mencermati perkembangan nilai tukar sehingga terjaga volatilitas, namun yang paling utama adalah rupiah stabil, tambahnya. Menurut dia, penguatan rupiah itu disebabkan fenomena aliran modal global masuk dalam jangka pendek yang juga terjadi di banyak negara lain seperti Malaysia, Thailand dan Korea. "Nilai rupiah saat ini masih aman," ujarnya. Rupiah, menurut dia pada penutupan pasar sore diperkirakan akan kembali terpuruk, melihat kuatnya aksi lepas mata uang lokal itu oleh pelaku lokal. Meski demikian, bisa saja muncul aksi beli terhadap rupiah, melihat potensi pasar saham dan uang di dalam negeri masih menarik bagi pelaku asing, katanya. Mengenai dolar AS, menurut dia, mata uang asing itu menguat menjadi 119,95 yen menjelang bank sentral AS (The Fed) bersidang yang menunjukkan adanya kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi AS. Euro terhadap dolar AS stabil pada 1,3540 dan euro terhadap yen menjadi 162,40 dari 162,55 yen. (*)

Copyright © ANTARA 2007