Jakarta (ANTARA News) - Saat seorang warga Inggris yang terinspirasi ISIS menyerang kerumunan orang di Jembatan Westminster di London pada 22 Maret yang menewaskan empat orang, seisi Eropa serentak menggelar aksi solidaritas.

Mengutip laman CNN, saat Paris diserang teror, landmark-landmark terkenal Eropa seperti Gerbang Bradenburg di Berlin dinuansai bendera Prancis untuk menunjukkan solidaritas antiterorisme.

Namun ketika Rusia berduka atas serangan teroris yang menewaskan 14 orang dan melukai 39 orang di stasiun kereta api bawah tanah St. Petersburg, Senin lalu, Eropa tak menunjukkan solidaritas semasif itu  untuk St. Petersburg.

Ironi ini mendorong banyak orang yang umumnya warga Rusia menciptakan tagar #PrayforStPetersburg sebagai ajakan solidaritas untuk korban teror bom St. Petersburg.

Gema pun akhirnya terdengar. Wali Kota Paris Anne Hidalgo yang pernah mematikan lampu-lampu di Menara Eiffel sebagai bukti solidaritas kota ini dalam berbegai serangan teror di Eropa sebelum ini, dan bahkan sebagai solidaritas untuk Aleppo di Suriah, akhirnya memastikan bahwa kota ini akan mengambil langkah serupa demi solidaritas untuk korban serangan teror St. Petersburg.

Tetapi tetap saja reaksi Eropa tidak semegah ketika tempat-tempat lain dibom teroris. "Memprihatinkan betapa berbedanya dari teror Paris, Facebook tidak membuat filter warna-warna Rusia," cuit bloger Cristiano Alves.

Di Rusia sendiri, tiga hari berkabung nasional mulai Selasa kemarin ditandai dengan langkah Presiden Vladimir Putin meletakkan bunga di stasiun metro St. Petersburg Technological Institute.

Sementara itu Jerman menyatakan akan memberikan nuansa bendera Rusia yang membungkus Gerbang Bradenburg sebagai solidaritas untuk Rusia.

Seperti dikutip CNN, sikap lambat Eropa yang cenderung dingin itu mendorong penulis Berlin, Jon Worth, mencuit, "Bendera Inggris di Gerbang Brandenburg untuk serangan London, tapi tak ada apa-apa untuk St Petersburg."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017