Yogyakarta (ANTARA News) - Rencana Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkoinfo) Muhammad Nuh yang akan mengkaji kembali tarif telepon merupakan gebrakan bagus, namun tetap harus mempertimbangkan dan memperhitungkan konstelasi pasar yang saat ini sedang berkembang. "Gebrakan tersebut sangat bagus diawal tugas yang diembannya sebagai menteri. Namun yang perlu dipertimbangkan dengan cermat adalah konstelasi pasar saat ini," kata pakar telematika, Roy Suryo kepada ANTARA News di Yogyakarta, Sabtu. Menurut dia, upaya tersebut nampaknya merupakan tindak lanjut Menkominfo dalam menjawab keinginan masyarakat yang menghendaki tarif telepon lebih murah dan terjangkau masyarakat. "Memang sudah lama masyarakat mendambakan telepon murah dan terjangkau, namun Menkominfo tetap harus bijak. Jangan sampai kebijakannya justru merusak pasar yang saat ini berkembang cukup dinamis," katanya. Ia mengatakan, saat ini memang sudah mulai muncul teknologi komunikasi khususnya telepon yang lebih murah , tetapi hendaknya jangan sampai hanya karena mengejar tarif murah justru merusak frekuensi yang sudah ada, bahkan menganggu konstelasi pasar dari sejumlah operator yang telah lebih dulu ada. "Sebenarnya kalau mau jujur ini bukan merupakan ide murni menteri yang baru, karena sebelumnya pernah diwacanakan oleh pejabat lama, hanya saja belum sampai terlaksana," katanya. Ia menambahkan, pelaksanaan kebijakan ini nantinya harus hati-hati agar tidak saling merugikan antarsesama operator telepon baik itu yang berbasis GSM maupun CDMA. "Kita tunggu saja perkembangannya, karena dulu memang sudah ada rencana untuk menekan tarif telepon namun belum terlaksana hingga pergantian menteri. Yang penting kebijakan ini tidak saling merugikan pihak lain," kata Roy.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007