Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengawas Pasar modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menyatakan sudah ada dua ETF (Exchange Traded Fund) yang siap diperdagangkan di lantai Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun ini. "Sudah ada ETF yang siap diperdagangkan ke bursa," kata Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan Investasi Bapepam-LK Nur Sigit, dalam acara sosialisai ETF di Jakarta, Senin Menurut Sigit, dua ETF yang sudah masuk ke Bapepam-LK adalah Reksadana Indeks LQ45 dari Manager Investasi (MI) PT Treasure Fund Investama dan Asian Bond Fund (ABF)-Indonesia Bond Index (IBI) Fund dari MI Bahana TCW Investment Management. Kedua ETF yang sudah mengajukan ke Bapepam-LK ini masih dalam tahap penyelesaian dokumen kelengkapan. "Penyampaian dokumennya sudah mencapai 50 persen lebih," katanya. Selain itu, lanjutnya, sudah ada beberapa MI yang telah mengajukan ETF. "Sudah ada beberapa MI yang sounding (menyampaikan) ke Bapepam-LK, namun saya tidak tahu keseriusan MI tersebut," ungkap Sigit. Direktur Bahana TCW Edward Lubis, dalam kesempatan yang sama, mengatakan bahwa pihaknya telah memiliki ETF yang diambil dari reksa dana obligasi yang sebelumnya sudah dikelola oleh Bahana, yaitu Asian Bond Fund (ABF)-Indonesia Bond Index (IBI) Fund. "Kami tidak membentuk reksa dana baru, tetapi akan menjadikan reksa dana yang sudah ada, yaitu ABF, sebagai ETF. Oleh karena itu, harus ada amandemen perjanjian kontrak kerja dari tidak diperdagangkan di bursa menjadi diperdagangkan," katanya. Dia mengatakan bahwa pemegang unit ABF adalah sebelas bank sentral di kawasan Asia, termasuk Bank Indonesia. ABF Indonesia Bond Index sejak awal memang sudah menerapkan manajemen gaya pasif. Kinerja ABF Indonesia Bond Index mengacu pada indeks obligasi yang dikeluarkan oleh International Index Company (ICC) yang berkedudukan di Basel, Swiss. Indeks ini diberi nama iBoxx ABF Indonesia Index. Indeks ini memuat obligasi yang diterbitkan pemerintah atau quasi-sovereign (terdapat unsur kepemilikan pemerintah, seperti badan usaha milik negara). Daftar obligasi dalam indeks ini akan dievaluasi dalam jangka waktu tertentu. Sebelumnya, tolok ukur kinerja obligasi hanya dibandingkan dengan deposito berjangka yang sebenarnya tidak sebanding karena deposito bukan produk investasi. Cara pengelolaan aktif dan pasif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada pengelolaan aktif, biaya yang diperlukan lebih besar. Hal itu dikarenakan manajer investasi harus aktif keluar masuk pasar saham untuk mendapatkan hasil maksimal sehingga harus membayar biaya transaksi. Manajer investasi juga harus pandai melakukan analisis teknikal ataupun fundamental agar dapat mengambil keputusan tepat untuk pengelolaan portofolionya. Pada pengelolaan pasif, manajer investasi harus pandai memberikan pembobotan pada awal investasinya, tidak perlu aktif keluar masuk pasar saham atau pasar obligasi. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007