Jakarta (ANTARA News) - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pernah menolak RUU Ormas pada 2013 silam. Pada tahun yang sama Organisasi Islam tersebut juga meminta pemerintah untuk bertindak konkret terhadap Mesir yang membantai rakyatnya.

HTI juga mengecam perhelatan Miss World di Indonesia, meminta Wali Kota Tri Rismaharini untuk membenahi aspek ekonomi dan mental dari para wanita tuna susila (WTS) pada 2014 dan gelar aksi tolak Hari Valentine pada 2015. Berikut sederetan protes keras yang pernah dilakukan HTI:

1. Hizbut Tahrir tolak RUU Ormas

Balikpapan (ANTARA News) - Ribuan kader dan simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Cabang Balikpapan Kalimantan Timur menggelar aksi damai di depan Gedung DPRD Balikpapan, Rabu (27/3/2013), menolak rancangan undang-undang keormasan yang tengah digodok di DPR RI.

"Tujuan aksi hari ini adalah untuk menolak disahkannya rancangan undang-undang ormas yang akan mengembalikan rezim represif ala Orde Baru, di mana kebebasan berbicara, kebebasan mengkritisi pemerintah dikekang," kata Muhammad Nazaruddin, juru bicara Hizbut Tahrir Balikpapan di tengah aksi.

Baca berita selengkapnya di sini.

2. HTI minta pemerintah bertindak konkret terhadap Mesir

Malang (ANTARA News) - Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Malang yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) meminta pemerintah untuk bertindak konkret terhadap militer Mesir yang membantai rakyatnya.

Koordinator aksi HTI di kawasan Stadion luar Gajayana Ahmad Fikri di Malang, mengatakan sampai saat ini pemerintah belum mengambil sikap tegas dan konkret terhadap pemerintah Mesir.

"Pemerintah jangan hanya mengutuk saja, tapi harus bertindak konkret, misalnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Mesir serta melindungi WNI yang berada di negeri itu," tegas koordinator aksi HTI Ahmad Fikri, Rabu (21/8/2013).

Baca beritanya di sini.

3. HTI kecam perhelatan Miss World di Indonesia

Bengkulu (ANTARA News) - Hizbut Tahrir Indonesia daerah Bengkulu menggelar aksi penolakan kontes kecantikan "Miss World" digelar di Negara Indonesia.

"Kami menggelar aksi ini mengecam dan ingin kontes Miss World digagalkan perhelatannya yang rencananya akan digelar hingga tanggal 28 September," kata Ketua HTI daerah Bengkulu, Septri Widianto saat menggelar aksi di Pusat Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Rabu (4/9/2013).

Baca beritanya di sini.

Baca juga: Hizbut Tahrir : "Miss World" sekadar adu kecantikan

4. HTI minta Risma benahi ekonomi-mental WTS

Surabaya (ANTARA News) - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Surabaya mendukung rencana penutupan lokalisasi Jarak dan Dolly di Surabaya pada 18 Juni 2014, serta meminta Wali Kota Tri Rismaharini untuk membenahi aspek ekonomi dan mental dari para wanita tuna susila (WTS).

"Penutupan saja tidaklah cukup. Orang menjadi WTS itu belum tentu karena keinginan, tapi ada dua faktor penyebab, yakni ekonomi dan mental. Oleh karena itu, kalau pemkot memberi pesangon Rp5 juta dan membekali keterampilan, mungkin tidak akan menyelesaikan masalah," kata Ketua DPD HTI Kota Surabaya Ustaz Muhammad Ismail di Surabaya, Jumat (6/6/2014).

Selengkapnya di sini.

5. HTI gelar aksi tolak Hari Valentine

Banjarmasin (ANTARA News) - Sebanyak 300 pelajar Lembaga Dakwah Sekolah dan mahasiswa yang tergabung dalam Lembaga Khusus Mahasiswa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalimantan Selatan menggelar aksi menolak "Valentines Day" (Hari Valentine).

Penolakan dalam aksi simpatik Generasi Peduli Banua dari Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) dan Lembaga Khusus Mahasiswa (LKM) HTI itu berlangsung di Taman Siring depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Jumat sore.

Dalam aksinya, Jumat (13/2/2015), ratusan pelajar dan mahasiswa itu membawa spanduk bertuliskan "Tolak Valentines Day : Selamatkan Generasi Muda dengan Khilafah."

Selain itu, poster bertuliskan "Ngaji Yes Pacaran No, Belajar Yes, Valentinan No", "Pacaran Haram, Jaga Kehormatanmu", "Waspada gaul bebas , Waspada budaya barat ", "Nyaman ada Khilafah jua".

Baca berita lengkapnya di sini.

(Baca juga: Pemerintah setuju bubarkan HTI)

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017