Bogor (ANTARA News) - Perubahan iklim di Indonesia menjadi salah satu faktor yang mengganggu kelestarian tumbuhan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB), di samping kondisi pohon koleksi yang sudah tua. Kepala PKT-KRB, Irawati, mengatakan di Bogor, Jumat, dampak perubahan iklim tersebut adalah musim kering yang berkepanjangan dan tidak bisa diprediksikan lagi. "Seperti tahun lalu, hujan hingga akhir tahun masih terlalu sedikit. Untuk pertama kalinya, kita harus menyiram beberapa tanaman karena curah hujan terlalu rendah," kata Irawati, di sela-sela peringatan hari jadi Kebun Raya Bogor ke-190. Beberapa jenis tumbuhan, kata dia, sempat mengering dan daunnya rontok karena kekeringan. Untuk koleksi pohon yang sudah tua, pihak KRB berupaya menyelamatkan dengan menyemen pokok batang dan menyangganya sehingga tidak rubuh. Pada Juni 2006 lalu, ratusan pohon koleksi KRB tumbang, beberapa di antaranya termasuk koleksi langka, karena terjangan angin puting beliung. Agar upaya konservasi tidak hanya terpusat di kebun raya saja, pihak KRB juga menawarkan ke Pemerintah Kota maupun Kabupaten Bogor agar tumbuhan hasil perbanyakan KRB juga ditanam di luar lokasi KRB. "Kebun Raya Bogor ini sudah terlalu penuh. Untuk menampung kelebihan koleksi yang sudah diperbanyak, disediakan lahan di Cibinong Science Center berupa Ecopark," kata dia. Berbeda dengan KRB yang berbasis taksonomi, jelas dia, ecopark ini berbasis ekologi meski masih terbatas pada ekologi dataran rendah saja. Sekitar 2.000 tumbuhan sudah ditanam di lokasi seluas 32 hektar tersebut, dan meski pohon yang ditanam baru setinggi 2-3 meter, minat warga untuk mengunjungi taman ekologi ini sudah cukup tinggi. KRB juga tengah membangun database yang dilengkapi dengan foto untuk menghubungkan dengan empat kebun raya yang baru yaitu kebun raya di Kabupaten Enrekang di Sulawesi Selatan, Kuningan di Jawa Barat, Sungai Weuh di Kalimantan Selatan, dan Liwa di Lampung. Melalui website, akan dilakukan tukar menukar benih antara kebun raya-kebun raya tersebut, kata dia. Acara puncak peringatan hari jadi KRB tersebut dihadiri oleh Menristek Kusmayanto Kadiman, Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia, Megawati Soekarnoputri, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Umar Anggara Jenie dan perwakilan beberapa negara sahabat. Sementara itu, Kepala LIPI, Umar Anggara Jenie mengatakan, KRB sebagai lembaga ilmiah tertua di Indonesia telah berhasil melakukan aklimatisasi tumbuhan asing yang kemudian dikembangkan menjadi sumber devisa penting bagi Indonesia. "Beberapa tanaman penting seperti kelapa sawit, karet, vanila, cinchona, kayu manis, coklat dan kopi bukan berasal dari Indonesia, namun di KRB aklimatisasi berhasil dilakukan," kata Umar. Saat ini, KRB telah menjalin kerjasama dengan 288 pihak --termasuk kebun raya, universitas, departemen-- dari 58 negara dalam bentuk jaringan kerjasama koleksi. Daftar koleksi yang dipertukarkan dengan empat kebun raya di Indonesia dimuat dalam bentuk "Index Seminum 2007-2009". Kebun Raya di Indonesia, lanjut dia, harus bekerja keras untuk mencapai target yang ditetapkan dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati pada 2010, diantaranya 60 persen tumbuhan yang terancam dapat diakses di tempat pelestarian secara ex-situ di negara asalnya dan 10 persen diantaranya untuk program pemulihan dan restorasi. Kebun raya juga melakukan promosi kepedulian tentang keanekaragaman tumbuhan melalui pendidikan, meningkatkan kemampuan SDM dan membuat jaringan kerja pelestarian tumbuhan tingkat nasional, regional dan internasional. (*)

Copyright © ANTARA 2007