Oleh I Ketut Sutika dan P.K. Yanes Setat Denpasar (ANTARA News) - Cuaca pagi hingga siang hari itu cukup cerah, ketiba Pulau Bali secara tiba-tiba saja dikepung ombak besar mencapai ketinggian tiga hingga empat meter. Serangan ombak yang dahsyat itu melanda sepanjang pantai di daerah Kedonganan, Jimbaran, Kuta dan Legian, Kabupaten Badung, dan bahkan menyentuh kawasan Pantai Sanur, Kota Denpasar, sejak Jumat pagi hingga siang harinya. Hantaman gelombang ombak menggila itu memporakporandakan perkampungan nelayan di Pantai Kedonganan dan Jimbaran, Kabupaten Badung, walau sejauh ini belum ada korban jiwa, tutur Koordinator Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Badung I Made Suparka. Perkampungan nelayan yang umumnya terdiri atas gubuk-gubuk berjejer di pantai itu berantakan disapu gelombang besar, sementara sedikitnya tujuh unit perahu motor yang sedang diparkir dinyatakan hilang ditelan ombak. Puing-puing bekas bangunan itu tampak terapung-apung di tengah laut di antara gulungan ombak yang tampak terus "mengganas". Perahu layar yang beberapa di antaranya diketahui pecah berkeping-keping, kini masih menghiasi permukaan air laut yang sedang "murka". Beberapa perahu yang belum sempat terseret hingga ke tengah laut, diselamatkan belasan nelayan yang nekad. Tapi para nelayan itu tidak berhasil menarik perahu yang terseret sejauh 50 meter dari bibir pantai. Kepala Bidang Data dan Informasi, Balai Besar Meteorologi dan Geofisika (BBMG) Wilayah III Denpasar, Ir H. Sutrisno, menjelaskan bahwa meningkatnya permukaan air laut sepanjang pantai di Bali yang mencapai tinggi tiga hingga empat meter itu akibat adanya tekanan kuat angin timur dari Australia yang memasuki musim kemarau. Munculnya angin timuran ini sebenarnya fenomena biasa, tetapi memang harus lebih diwaspadai oleh masyarakat, wisatawan, dan juga nelayan maupun kapal-kapal besar, mengingat intensitasnya sangat bervariasi. Peningkatan muka air laut yang berdampak terendamnya kawasan pantai yang biasanya tak tersentuh air secara terus-menerus, juga sudah menyentuh sepertiga landasan pacu bandar udara di Bima yang berada dekat pantai sejak Kamis (17/5). Sementara itu, ombak besar yang mendorong peningkatan muka laut di kawasan pantai di Bali, terbesar terjadi di sekitar Pulau Serangan, di selatan Pulau Dewata. Namun, pengaruh pembelokan arah angin yang bisa terjadi setiap saat, dan hal serupa melanda kawasan Pantai Sanur hingga Pantai Kuta, Legian, Seminyak, Kedonganan, Jimbaran dan lainnya. Tekanan angin timuran dari arah timur-tenggara, menurut Sutrisno akan terus berlangsung selama musim kemarau, tetapi intensitas kekuatan tekanan dan pengaruhnya terhadap peningkatan tinggi muka laut akan sangat bervariasi. Selain itu, sewaktu-waktu juga bisa terjadi pembelokan arah angin, sehingga warga di kawasan pantai, atau wisatawan yang ke pantai, harus lebih berhati-hati. "Kami tidak bisa melarang wisatawan, tetapi sebaiknya hindari atau lebih berhati-hati untuk melakukan aktivitas di pantai dan laut," ucapnya. Sepi pengunjung Gelombang laut yang tinggi dan datangnya sulit diprediksi tersebut, hingga kini belum dilaporkan menelan korban jiwa, namun sempat membuat sepanjang pantai Kuta sepi pengunjung. Padahal, pantai berpasir putih itu sehari sebelumnya dipenuhi pengunjung sehubungan dengan libur selama empat hari yang diawali hari kenaikan Isa Almasih, disusul cuti bersama, serta libur Sabtu dan Minggu. Pengunjung yang biasanya bercannda ria dan berenang di tepian pantai tersebut, begitu ombak datang menggelegar tampak belarian menuju kawasan yang lebih aman di sepanjang jalan raya. I Made Suparka Kabupaten Badung mengatakan bahwa pihaknya kini harus siaga ekstra mengantisipasi kemungkinan ombak besar tersebut dapat membawa bencana bagi pengungjung pantai. Para pedagang yang selama ini menggelar dagangannya di atas permukaan pasir kawasan bibir pantai, terpaksa mundur jauh ke daerah ketinggian di sebelah timur bentangan pantai, meskipun ada pedagang yang barang dagangannya hanyut. Puluhan pedagangan aneka makanan, minuman dan barang cendera mata itu berdesakan di lahan kosong yang tidak begitu luas untuk menghindarkan diri dari "amukan" ombak besar. Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol AS Reniban mengatakan para pengunjung daerah pantai di Bali untuk lebih berhati-hati dan waspada guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bersama. Selain itu para nelayan yang cukup banyak beroperasi di wilayah perairan Bali bagian selatan, diimbau untuk menunda sementara melakukan aktivitas ke laut. "Kita harapkan para nelayan dan pengelola wisata bahari untuk sementara tidak mengoperasikan `kendaraannya` di laut, sehubungan ombak muncul dengan cukup besar," kata Reniban. Bali sebelumnya juga pernah dikurung ombak besar, yakni pada awal Agustus 2006 dengan merenggut tiga korban tewas, seorang di antaranya menimpa Jafray (40), warga negara Australia yang terseret arus di pantai Kuta. Dua korban lain masing-masing Wayan Sugita (35) dan Widianto (31), adalah nelayan yang tidak mengindahkan imbauan BMG untuk tidak melaut ketika itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007