Jakarta (ANTARA News) - Anak perusahaan Astra Internasional, PT United Tractors (UT), akan mengakuisi empat perusahaan tambang batubara di Kalimantan yang berdeposit sekitar 20 hingga 30 juta ton. "Prospek tahun ini empat perusahaan (perusahaan tambang) masih dalam proses, setidaknya dalam tahun ini telah ada kepastian," kata Direktur Keuangan PT United Tractors, Gidion Hasan, di Jakarta, Rabu. Menurut Gidion, akuisisi ini merupakan yang kedua setelah pada April PT united Tractors melalui divisi kontraktor penambangan yang dimilikinya PT Pamapersada Nusantara (Pama) telah mengakuisisi tambang yang memiliki deposit batubara 20 juta ton. Untuk pendanaan, Gidion menyatkan, akan ada kombinasi anatar modal sendiri dengan hutang perbankan. "Sebanyak 30 persen modal sendiri dan sisanya akan meminjam Bank," kata Gidion. Namun, ia mengelak menjawab pertanyaan pers, apakah bank lokal atau asing yang akan diajak kerjasama. Ia mengatakan, pihaknya tidak akan mengeluarkan obligasi untuk pembiayaan tersebut. PT UT selian batu bara juga akan menjajaki industri nikel Sebab United Tractors telah memiliki pengalaman di tambang nikel berkaitan kerja sama yang dilakukan dengan Inco. "Target nikel lebih dini-nikel baru mengendus-endus," Kata Presiden Direktur PT UT Djoko Pranoto. Sementara itu Gidion menyatakan, pihaknya menginginkan untuk lebih berperanserta dalam bisnis tambang tersebut untuk menambah pendapatan yang dimiliki oleh United Tractors. PT United Tractors telah melakukana akuisisi tambang batu bara pada April 2007 dengan nilai 85 juta dolar Amerika Serikat (AS). Target produksi tambang yang diakuisisi tersebut adalah tiga juta ton per tahun. Saat ini dari utang 20 juta dolar yang dimiliki oleh Pama telah diabyara PT UT senilai 10 juta dolar AS. Selain itu, PT UT juga telah memperbarui fasilitas revolvingnya senilai 70 juta dolar AS. Sementara itu, PT UT saat ini menargetkan kenaikan penjualan di bidang alat-alat berat mencapai 6.000 unit. Peningkatan itu sesuai dengan permintaan alat-alat berat seiring dengan peningkatan kebutuhan alat berat di seluruh sektor. "Dengan di-'trigger' alat-alat berat yang naik, plus belum lagi di semester II tahun ini dengan program infrastruktur sehingga kebutuhan untuk sektor kontruksi akan naik lagi," kata Djoko. Ia mengatakan, target pemesanan akan alat-alat berat pada tahun 2006, dari total permintaan turun menjadi 4.600 unit jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 5.000 unit. "Untuk Komatsu sendiri diharapkan tahun ini menjadi 2.800 unit, sementara tahun lalu sebanyak 2.250 unit," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007