Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPD PDIP) DKI Jakarta, Eriko Sotarduga, menilai bahwa tidak mungkin Rano Karno menerima uang dari Fauzi Bowo senilai Rp3 miliar, agar tidak mencalonkan diri dalam ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sebagaimana dinyatakan Gus Dur. "Saya rasa kita sudah tahu bersama jika Rano Karno orang yang punya kredibilitas dan terbukti tidak pernah keluar jalur dalam perfilman," katanya ketika dihubungi ANTARA News di Jakarta, Jumat malam. Namun, lanjut dia, apakah pernyataan Ketua Dewan Syura Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), kepada pers di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Jumat, itu memiliki data atau bukti tersendiri tidak diketahui Eriko. "Apakah Gus Dur punya data sendiri saya belum tahu, semua kan harus sesuai dengan data dan fakta," katanya. Akan tetapi, lanjut dia, publik tahu jika Rano Karno memiliki citra dan kredibilitas yang baik. "Dia juga merupakan Duta WHO dan lain-lain kan?," ujarnya. Selama beberapa tahun ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi kepercayaan kepada Rano Karno sebagai Duta WHO, terutama untuk aksi imunisasi. Saat diminta pendapatnya mengenai sinyalemen Gus Dur, Eriko mengatakan bahwa ada orang yang sengaja mengangkat isu itu. "Mungkin ada juga orang yang mengangkat ini, saya kira Gus Dur juga tidak seperti itu. Beliau kan sebagai guru bangsa," katanya. Sebelumnya, dalam konferensi pers di kantor PBNU Jakarta saat mengumumkan alasannya menunjuk Rieke Diah Pitaloka sebagai Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendampingi Sarwono Kusumaatmadja, Gus Dur mengatakan bahwa Rano Karno tidak datang setelah tiga kali diundangnya, dan diketahuinya memperoleh dana dari Fauzi Bowo senilai Rp3 miliar untuk membayar utang. Sementara itu, Rano Karno ketika dihubungi ANTARA News membantah tuduhan tersebut. Bahkan, sutrada dan pemeran sosok di serial sinetron laris "Si Doel" itu mengatakan, dirinya merasa tidak pernah dihubungi pihak Gus Dur, apalagi menerima uang dari Fauzi Bowo. "Saya terpaksa harus bicara, pertama saya tidak pernah mundur dari Pilkada, kedua saya merasa tidak pernah dihubungi oleh Gus Dur, dan ketiga saya tidak pernah menerima uang dari Fauzi Bowo," kata Rano ketika dihubungi melalui telepon. Bahkan, ia pun menegaskan, "Saya tidak pernah dihubungi,...saya jadi bingung." (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007