Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan mekanisasi pertanian merupakan salah satu komponen penting untuk pertanian modern dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan.

Mentan mengemukakan itu, saat melakukan "Launching Inovasi Teknologi Mekanisasi Modern Hortikultura dan Pemberian Agroinovator Award" di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang Banten, Kamis.

Ia mengatakan, kemajuan teknologi mekanisasi pertanian akan menjadikan pertanian jaya sehingga Indonesia menjadi lumbung pangan dunia dapat diwujudkan.

"Yang bisa merubah Indonesia adalah peneliti, yang bisa merubah dunia adalah teknologi. Dan yang merubah pertanian adalah mekanisasi. Kejayaan pertanian ada di tangan litbang," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut dilepas 24 alat dan mesin pertanian (alsintan) hasil rekayasa Badan Litbang Pertanian, yaitu mesin otomatisasi perbenihan modern, penghancur tanah, pencampur tanah, penabur tanah, penggulud, pemasang mulsa, alat tanam, "smart green house", alat panen, sterilisasi ozon, "in-store controlled room" (penyimpan), pengemas benih dan pompa hybrid.

Menurut Amran teknologi mekanisasi pertanian dapat meningkatkan produksi sebanyak 10 persen, mengurangi kehilangan panen 10,2 persen dan mampu menghemat biaya produksi mencapai 40 persen.

Dia mencontohkan, dulu panen 1 ha membutuhkan waktu 25 hari, tetapi dengan kemajuan mekanisasi pertanian saat ini hanya 3 jam, kemudian biaya untuk panen 2 juta per ha, tapi dengan teknologi mekanisasi hanya 1 juta (rupiah) per ha.

"Analisis usahatani dengan dukungan mekanisasi modern, alsintan yang dilaunching, dapat menekan biaya untuk bawang merah sebesar Rp33,9 juta per hektare atau efisiensi 45 persen dan cabai Rp28,6 juta per hektare atau efisiensi 38 persen dibandingkan secara manual," tuturnya.

Mentan mengakui kemajuan teknologi mekanisasi pertanian saat ini berkat kerja keras para peneliti, oleh karena itu sudah selayaknya mereka mendapatkan royalti dari hasil penelitiannya.

"Dua tahun lalu, peneliti pasrah seakan tidak ada masa depan dan harapan. Padahal peneliti sudah menghasilkan teknologi yang luar biasa tapi kurang dapatkan perhatian yang selayaknya. Karena itu, kami surati Menteri Keuangan, beri mereka royalti," ujarnya.

Saat ini, tambahnya, pemerintah telah memberikan royalti kepada peneliti mekanisasi pertanian mencapai Rp3,5 miliar. Diharapkan royalti untuk mereka bisa meningkat hingga Rp100 miliar bahkan Rp1 triliun.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Muhamad Syakir mengatakan dalam tiga tahun terakhir Balitbangtan telah menghasilkan 300 inovasi teknologi pertanian baru meliputi bidang tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, mekanisasi pertanian dan pendukung bidang masalah lainnya seperti bioteknologi, pemetaan, pemupukan, dan juga pascapanen pertanian.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Andi Nur Alam mengatakan untuk mensukseskan program swasembada komoditas hortikultura yakni bawang merah, bawang putih dan cabai, Kementan telah menghasilkan inovasi teknologi mekanisasi hortikultura yang terintegrasi mulai dari hulu ke hilir dan siap diterapkan.

Inovasi teknologi tersebut, tambahnya, telah dihasilkan dalam kurun waktu 4 bulan, yakni Mei hinga Agustus 2017 sebanyak 27 prototipe.

(T.S025/C004)

Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017