Jakarta (ANTARA News) - Target penggantian bahan bakar minyak (BBM) dengan Bahan Bakar Nabati (BBN/biofuel) ke depan sulit tercapai, karena dari target Desa Mandiri Energi (DME) kebun jarak pada 2009 seluas sekitar 600.000 hektar baru tersedia 25.581 hektar hingga Mei 2007. "Sistem perdagangan minyak jarak pagar baru bisa tercapai kalau DME pada 2009 sudah sebanyak 2.000 unit, di mana satu DME memiliki luas antara 250-300 hektar, jadi memang masih jauh," ujar Deputi BPPT bidang Agroindustri dan Bioteknologi, Wahono Sumaryono, di Jakarta, Senin. Minyak dari biji jarak pagar (jatropha curcas), menurut dia, sangat tepat menjadi solusi kebutuhan akan bahan bakar nabati daripada minyak sawit, karena harga minyak sawit tidak lagi kompetitif sejak kebutuhan sawit di pasar internasional melonjak. "Sayangnya jika sawit sudah dikomersialisasi secara massal dengan sistem perdagangan yang sudah mapan sehingga tinggal mengolahnya menjadi BBN, jarak pagar belum dibudidayakan, sehingga jika mulai ditanam tahun lalu panen baru bisa dilakukan dua tahun lagi," katanya. Pohon jarak pagar yang telah ditanam saat ini antara lain yang terbesar hanya di Lampung sekitar 13.707ha, Jawa Tengah 6.500ha, Jawa Timur 5.530ha, NTT 3.400ha, dan Jawa Barat 2.500ha, sedangkan provinsi lain hanya dalam skala ratusan hektar, jauh sekali dari harapan. Setiap satu hektar pohon jarak pagar, ujarnya, akan menghasilkan empat hingga lima ton biji jarak setiap panen (10 bulan) dan dari setiap biji jarak, hanya 20-25 persen saja yang bisa digunakan jadi minyak nabati pengganti BBM. "Angka ini hampir sama dengan yang dihasilkan minyak sawit. Tetapi kelebihan jarak pagar bisa ditanam di lahan kritis dan marjinal, sehingga tidak mengganggu hutan seperti halnya sawit. Jarak ini bisa jadi solusi bagus daripada sawit," kata anggota Timnas BBN ini. Rencananya, lanjut dia, di setiap desa mandiri akan dilengkapi unit pengolah minyak jarak satu hingga dua ton per hari serta dihubungkan dengan sistem perdagangan BBN, jadi jangan sampai seperti sekarang di mana banyak petani tanam jarak lima hektar tetapi tak bisa menjual karena tak bertemu yang membutuhkan. Ia juga mengatakan, sebelum perkebunan jarak pagar bisa dipanen, sebenarnya minyak sawit sangat diharapkan mengisi kebutuhan biofuel (biodiesel pengganti solar dan bioethanol pengganti bensin) yang mulai digenjot sekarang ini. Untuk biofuel sebenarnya hanya dibutuhkan minyak sawit (CPO) yang kualitasnya rendah (offgrade) atau kadar asam lemak bebasnya (Free Fatty Acid) tinggi (di atas lima persen). "Hanya saja dalam pasar CPO ada kepentingan lain selain pengguna biofuel yang menginginkan harga murah, yakni perusahaan sawit yang lebih untung jika mengekspor saja CPO, sehingga pemerintah perlu menengahi ini agar harganya di dalam negeri stabil," katanya. Hingga April 2007 produksi CPO khusus untuk biodiesel sebesar 520 ribu kilo liter dan direncanakan akan ditambah dengan 4 juta kilo liter per tahun dengan penambahan lahan 3,6 juta hektar dari sawit dan jarak pagar hingga 2011. (*)

Copyright © ANTARA 2007