Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit, menyatakan bahwa popularitas Presiden Susilo Bambang Yudoyono saat ini sedang melorot karena berbagai masalah dan kinerja yang kurang baik, termasuk terkait interpelasi nuklir Iran. "Gara-gara interpelasi, citra Presiden Yudhoyono saat ini sedang jatuh. Dia hadir ke DPR saja sudah jatuh, apalagi tidak datang," katanya, di sela-sela diskusi bulanan GP Ansor bertajuk "Turunkan Harga" di Jakarta, Kamis. Menurut Sukardi, keputusan Presiden Yudhoyono mewakilkan kehadirannya kepada para menteri dalam sidang paripurna DPR, justru membuat citranya hancur di mata rakyat, meski secara aturan dibolehkan. Untuk memperbaiki citranya, kata dia, Presiden Yudhoyono seharusnya berani menghadapi pertanyaan DPR terkait dukungan RI terhadap resolusi DK PBB nomor 1747 pada sidang berikutnya. "Seharusnya Presiden datang sendiri. Sejak awal saya kan sudah bilang, Presiden harus mau datang sendiri. Kalau mau datang, masalah itu sudah selesai, tidak seperti saat ini," katanya. Oleh karena itu, ia mengemukakan, citra yang terus menurun itu membuat peluang Presiden Yudhoyono untuk menang pada pemilu 2009 mendatang sangat kecil. Menurut Sukardi, Presiden Yudhoyono akan kalah dengan calon presiden lain yang namanya populer di mata rakyat, seperti Wiranto, Megawati, Sultan Hamengku Buwono (HB) X dan tokoh-tokoh lain yang kini popularitasnya sedang menanjak. "Kalau pemilu digelar sekarang, dia pasti kalah. Dan, kalau dia tidak bisa mengembalikan citranya, pemilu 2009 dia pasti kalah," katanya. Sukardi memperkirakan, tokoh Indonesia yang bakal memenangkan Pemilu 2009 adalah tokoh baru yang belum pernah maju sebagai Capres-Cawapres. Sultan HB X dan Sutiyoso dinilainya lebih punya peluang dari pada tokoh-tokoh lama karena orang lama, seperti Presiden Yudhoyono dan Megawati tidak cukup menarik simpati rakyat. "Kalau calonnya Yudhoyono, Wiranto dan Megawati, saya kira yang menang tokoh level kedua, seperti Sultan Hamengku Buwono X atau Sutiyoso. Apalagi, jika mereka berpasangan dengan tokoh-tokoh muda yang punya dukungan politik kuat di akar rumput. Kalau Mega, waktu dia memimpin kan 'ngak bagus-bagus amat'," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007