Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana memperbesar Balai Sertifikasi Industri tahun depan agar lebih berdaya saing dengan lembaga sertifikasi lain di dalam negeri maupun yang datang dari luar negeri.

“Karena selama ini auditor dan pendukungnya banyak diambil dari berbagai sumber. Ke depan kita akan lebih menata kembali, supaya mereka mempunyai kekuatan bersaing,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kemenperin Ngakan Timur Antara di Jakarta, Rabu.

Ngakan menyampaikan, sekitar 45 lembaga sertifikasi beroperasi di Indonesia saat ini tergabung dalam Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia (ALSI), di mana Balai Sertifikasi Industri menjadi anggota, sekaligus pembina lembaga-lembaga itu.

Menurut Ngakan, BPPI Kemenperin tahun depan akan mendukung kinerja Kemenperin yang memprioritaskan industri padat karya, di antaranya industri persepatuan, industri farmasi, industri berbasis agro, industri makanan dan minuman dan industri tekstil.

Penelitian dan pengembangan untuk industri farmasi dijadikan prioritas karena kebutuhan bahan baku industri ini sangat tinggi, di mana 95 persen kebutuhan bahan baku diperoleh dari impor. 

Sementara, bahan yang diimpor itu adalah bahan setengah jadi yang mengambil bahan mentah dari Indonesia.

Sedangkan, litbang tentang Logam Tanah Jarang (LTJ), yang berkaitan dengan program hilirisasi tambang, di mana belum banyak perusahaan melirik investasi bidang pengolahan hasil tambang atau smelter, karena dianggap padat modal namun membutuhkan waktu lama untuk memperoleh keuntungan.

“Kami akan melakukan riset yang lebih intensif tentang apa saja yang dibutuhkan industri padat karya,” pungkasnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017