Denpasar (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan melanjutkan pemantauan melalui udara Gunung Agung menggunakan pesawat tidak berawak atau "drone" pada Kamis (12/10) setelah sempat mengalami kendala teknis pada kamera.

"Kami akan terus pantau setiap hari selama dibutuhkan," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei setelah mengadakan pertemuan dengan Kementerian Pariwisata dan pelaku pariwisata di gedung Bali Tourism Board (BTB) di Denpasar, Rabu.

Pemantauan perdana menggunakan "drone" dilakukan pada Rabu (11/10) di kawasan Tulamben, Kecamatan Kubu yang merupakan zona merah.

Namun pemantauan melalui udara menggunakan drone harus dijadwal ulang karena kamera tidak normal pada ketinggian 1.800 meter sehingga drone mendarat kembali.

Sebelumnya BNPB dan PVMBG berencana mengerahkan drone tersebut terbang memutar hingga pada ketinggian 3.200 meter.

BNPB menyebutkan pesawat mini tanpa awak itu dalam keadaan normal dan tidak mengalami kendala hanya kamera yang mengalami masalah teknis.

BNPB menyiagakan tiga unit "drone" yang dikendalikan dari jarak jauh yakni Tawon, Koak 3.0 dan multiroter.

Drone multiroter dapat dioperasikan pada ketinggian mencapai 500 meter sedang Tawon dan Koak 3.0 untuk ketinggian 4.000 meter dengan jam terbang tiga jam.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ingin memetakan kondisi kawah Gunung Agung termasuk terkait warna asap yang keluar dari kawah gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu.

Selain memantau kondisi kawah dan asap, pihaknya juga ingin mengetahui kondisi rekahan di kawah yang sebelumnya diperkirakan sepanjang 100 meter.

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017