Baghdad (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates, mendesak Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, memperkuat upaya-upaya rekonsiliasi di tengah adanya ketakutan-ketakutan bahwa di sekitar mesjid yang dibom akan meletus lagi aksi kekerasan antar kelompok. "Terus terang, kami tak senang dengan perkembangan sejauh ini, dan kami berharap bahwa pemboman yang terjadi baru-baru ini oleh Al-Qaeda itu tidak menjadi gangguan lebih lanjut atau menunda proses-proses yang akan dicapai," kata Gates kepada wartawan saat dia terbang ke Baghdad Jum`at, untuk mengumumkan kunjungannya itu. Dalam kunjungan ini, dia didampingi Wakil Menteri Pertahanan AS, John Negroponte, dan Laksamana William Fallon, komandan AS di Timur Tengah, yang juga memperingatkan Maliki bahwa dia hendaknya menunjukkan adanya kemajuan dalam mendamaikan perseteruan sengit yang terjadi di negaranya. Pentingnya pesan mereka itu kemudian diacukan kepada pemboman atas mesjid suci Syi`ah di Samarra dalam pekan ini untuk kedua kalinya, yang meningkatkan ketakutan-ketakutan atas kemungkinan munculnya aksi balas-membalas kekerasan di kalangan Syi`ah dan Sunni. Gates tiba di sini hanya beberapa jam setelah terjadi penyerangan yang menghancurkan mesjid Sunni Jum`at, dekat kota selatan Irak, Basra, yang tampaknya sebagai serangan balasan. Pemerintah AS juga berada dalam tekanan intensif dari pihak Kongres, yang dipimpin Partai Demokrat, yang mendesak bagi dilakukannya pembebasan dari sekitar 147.000 tentara AS yang ada di Irak. Pihak militer AS Jum`at mengumumkan tewasnya lima orang lagi tentara mereka, yang membuat korban dalam bulan ini menjadi 36, sehingga jumlah korban tewas seluruhnya sejak invasi tahun 2003 menjadi 3.512 orang, menurut perhitungan AFP berdasarkan angka-angka Pentagon. Gate menjelaskan kepada wartawan, bahwa dia sepenuhnya percaya kepada Jenderal David Petraeus, komandan tertinggi AS di Irak, yang diperkirakan akan melaporkan pada September depan, apakah jika gelombang pasukan tempur AS digantikan akan menimbulkan kekerasan. Senator Harry Reid, pemimpin mayoritas Senat, dalam pekan ini menuduh Petraeus terlalu optimistis terhadap kondisi di Irak, dalam serangan tahunan yang dilakukan terhadap pemimpin militer AS itu. "Dia tidak menarik kekuatan semuanya," kata Gates tentang Petraeus. Jenderal ini dinilai realistik mengenai kesulitan-kesulitan dalam mengamankan Baghdad dan hambatan-hambatan untuk mewujudkan rekonsiliasi, ujarnya. "Ya, saya sangat percaya kepada Jenderal Petraeus dan juga tentang kemampuan dan kesediaannya untuk melakukan apa yang dia inginkan. Dan saya rasa akan ada harapan baik," kata Gates merujuk pada laporan September. Gates mengatakan, segalanya masih akan dilihat bagaimana situasi keamanan pada September itu. Namun pihaknya mengatakan adanya kepentingan sangat besar dalam kemampuan mereka untuk memajukan dan mendemonstrasikan kepada rakyat Irak, bahwa mereka siap untuk meletakkan dasar-dasar bagi satu negara besar Irak, yang terdiri semua unsur yang berbeda namun hidup damai satu sama lain. "Saya rasa, kesempatan itu masih terbuka," tegasnya. Unsur penting dari peran AS adalah apakah pemerintah Maliki berhasil mencapai bagian-bagian penting dari perundang-undangan, yang tujuannya memberikan bagian lebih besar kepada Sunni di dalam pemerintahan. Hal itu termasuk undang-undang yang memerintahkan pembagian penghasilan dari minyak, pencabutan larangan undang terhadap bekas anggota partai Baath untuk bekerja pada pemerintah, perbaikan konstitusi dan langkah-langkah untuk menetapkan tanggal dilakukannya pemilihan umum. Sejauh ini, pemerintah Maliki gagal mencapai tujuan berkaitan dengan pelaksanaan tindakan-tindakan itu. Namun ia berpendapat, Perdana Menteri Maliki masih terus berusaha untuk mengatasi tantangan itu. Ia menyatakan Maliki bisa melakukan itu dan `saya rasa dia berhak mendapatkan dukungan,` katanya dikutip AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007