Acara pernikahan di berbagai daerah di Maluku Utara selama ini selalu dimeriahkan dengan pesta joget, yang masyarakat setempat menyebutnya baronggeng di rumah mempelai wanita usai resepsi pernikahan.

Tetapi khusus di daerah Bokimiake, Kabupaten Halmahera Selatan, menggelar pesta joget di acara pernikahan atau kegiatan lainnya merupakan sesuatu yang sangat tabu bagi masyarakat setempat.

Kegiatan yang bisa dilaksanakan di acara pernikahan di daerah itu, menurut salah seorang tokoh masyarakat setempat, Hamjun Din, adalah musik togal yakni salah satu kesenian tradisional di Kabupaten Halmahera Selatan.

Ketentuan itu sudah diberlakukan sejak zaman dulu dan terus dipertahankan sebagai tradisi masyarakat Bokimiake dari generasi ke generasi hingga di era digital ini.

Masyarakat di daerah itu konsisten mempertahankan musik togal dalam memeriahkan acara pernikahan, selain sebagai bentuk kepatuhan terhadap warisan leluhur, juga sebagai salah satu upaya melestarikan musik tradisional.

Hamjun Din mengibaratkan posisi musik togal dalam jiwa masyarakat Bokimiake seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, itulah sebabnya tidak seorang pun masyarakat setempat yang tidak menyukai musik togal.

Setiap acara pernikahan yang dimeriahkan dengan musik togal di daerah itu, selalu dipadati masyarakat dan mereka tidak hanya menonton, tetapi juga turut menari mengikuti alunan musik togal.

Masyarakat Bokimiake banyak yang mahir memainkan musik togal, karena setiap orang tua di daerah itu yang mahir memainkan musik togal memiliki tanggung jawab untuk mengajarkannya kepada anak atau keluarganya secara turun temurun.

Salah seorang tokoh pemuda di daerah itu, Ramin Rajak menggambarkan musik togal sebagai musik musti fungsi, karena selain dapat dinikmati sebagai kesenian, juga menjadi perekat nilai-nilai silaturahmi dan persaudaraan.

Masyarakat Bokimiake yang karena kesibukan masing-masing jarang bertemu, melalui acara musik togal semuanya akan bertemu, karena setiap orang di daerah itu yang mendengar adanya acara musik togal pasti akan datang ke acara itu.

Musik togal yang digelar untuk memeriahkan acara pernikahan juga bisa mencegah terjadinya tawuran antar-pemuda, yang biasanya terjadi dalam acara pernikahan yang dimeriahkan dengan acara joget, karena dalam acara musik togal lebih kental dengan nilai-nilai silaturahmi dan persaudaraan.



Empat Jenis

Dalam musik togal sedikitnya ada empat jenis instrumen musik yang digunakan yakni, biola, yang masyarakat Bokimiake menyebutnya fiyol, gambus, gong dan tifa atau gendang rebana, namun dengan hanya berbekal biola dan tifa pun tetap bisa ditampilkan.

Dari ke empat instrumen musik tersebut, yang paling dominan perannya adalah biola, karena alunan suara biola menjadi pengatur irama gerak orang yang menari dalam musik togal.

Bahkan, menurut salah seorang warga Bokimiake, Agus Djabib alunan suara biola dalam musik togal menjadi magnet bagi siapa pun yang mendengarnya, untuk datang ke acara musik togal itu, walaupun orang itu sedang sibuk atau berada di tempat yang jauh.

Musik togal, selain ditampilkan untuk memeriahkan acara pernikahan, juga biasanya ditampilkan dalam acara adat atau penyambutan tamu, tetapi untuk acara adat atau penjemputan tamu penari yang mengiringi musik togal biasanya hanya lima pasang pria dan wanita.

Sedangkan musik togal di acara pernikahan, yang menari mengikuti musik togal jauh lebih banyak, bahkan bisa mencapai ratusan orang tergantung dari luasnya tempat acara.

Musik togal yang ditampilkan dalam acara adat atau penjemputan tamu, menurut salah seorang senian togal, Jailan, biasanya diikuti dengan pantun yang berisi nasehat untuk melakukan kebaikan dengan mengutip ayat-ayat Al-Quran dan hadist atau pesan-pesan dari para leluhur.

Untuk musik togal yang ditampilkan di acara pernikahan, terkadang pula disertai dengan pantun tetapi isinya hanya untuk memberi komando kepada mereka yang menari, misalnya komando untuk berganti pasangan atau memutar haluan kepada pasangan yang berada di belakang.

Gerakan tarian dalam musik togal tidak rumit, sehingga bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk yang baru pertama kali melihatnya, irama gerakannya pun pelan, sehingga bisa diikuti oleh mereka yang sudah berusia lanjut.

Mantan Gubernur Malut, Thaib Armaiyn merupakan salah satu tokoh di Malut yang selama ini aktif mengampanyekan pelestarian musik togal, khususnya kepada masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan sebagai daerah asal musik tradisional itu.

Tokoh asal Halmahera Selatan itu ketika masih aktif menjadi Gubernur Malut sempat meluapkan kemarahannya kepada salah satu produser musik lokal, karena instrumen musik togal dikolaborasi dengan instrumen musik modern, sebab akan menghilangkan keasliannya.

Jika masyarakat di setiap daerah di Malut memiliki komitmen seperti masyarakat Bokimiake dalam melestarikan kesenian tradisional atau kearifan lokal lainnya maka sekuat apapun gempuran musik modern, kesenian tradisional daerah ini tidak akan hilang sepanjang masa.

Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017