Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah, Selasa pagi, menguat lima poin menjadi Rp8.865/8.880 per dolar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya pada posisi Rp8.870/8.976, menyusul berkurangnya tekanan pasar. Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra,di Jakarta, Selasa, menyatakan tekanan pasar terhadap rupiah berkurang, karena pelaku asing di pasar global cenderung melepas dolar AS, akibat bank sentral AS (The Fed) mengkhawatirkan meningkatnya inflasi. The Fed khawatir inflasi AS akan meningkat, karena itu otoritas moneter itu dalam waktu dekat akan menaikkan suku bunganya, katanya. Rupiah, menurut dia, masih merupakan tempat investasi asing, apalagi inflasi di dalam negeri terus merosot yang menunjukkan membaiknya fundamental ekonomi. "Kami optimis rupiah akan terus menguat pada hari-hari berikutnya, apalagi faktor eksternal sangat mendukung," katanya. Ia mengatakan rupiah sebelumnya sempat menyentuh level Rp9.100 per dolar AS kemudian kembali menguat, namun masih dalam kisaran antara Rp9.000 sampai Rp9.100 per dolar AS yang berlangsung dalam beberapa pekan lalu. Tetapi dengan adanya rencana The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunganya yang saat ini mencapai 5,25 persen, maka peluang pasar terhadap rupiah makin tinggi, ucapnya. Ditanya mengenai apakah rupiah akan bisa mencapai level Rp8.500 per dolar AS, ia mengemukakan kemungkinan untuk mencapai level tersebut sulit, karena kenaikan rupiah akan dibatasi oleh intervensi Bank Indonesia (BI) agar rupiah tidak terus menguat. "Kami memperkirakan rupiah akan bertahan dalam pekan ini pada kisaran Rp8.890 hingga Rp9.000 per dolar AS," katanya. Dolar AS terhadap yen stabil pada 123,65 yen, dolar terhadap euro melemah menjadi 1,3415. (*)

Copyright © ANTARA 2007